Mohon tunggu...
Nur Khasanah
Nur Khasanah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menempuh S1 Jur. Pendidikan Agama Islam di UIN Malang dan Crew Simfoni FM. Freelance Writter n editor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyobek Paradigma tentang Wanita

2 September 2016   14:01 Diperbarui: 3 September 2016   00:26 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita jangan sekolah tinggi-tinggi nanti laki-laki yang mendekati minder, jangan sekolah tinggi-tinggi nanti juga wanita ujung-ujungnya di dapur, di sumur sama di kasur, jangan sekolah tinggi-tinggi nanti jadi perawan tua, dan masih banyak lagi paradigma tentang wanita yang sudah semestinya dibenahi. 

Bagaimana tidak? jika mayoritas masyarakat berfikir demikian maka pendidikan kita tidak akan maju. Anak-anak yang cerdas itu lahir dari gen seorang ibu yang cerdas. Mencari ilmu juga sebuah kewajiban dalam agama Islam, baik bagi laki-laki maupun perempuan, mulai dari belaian bunda sampai keliang lahat. 

Terkadang saya merasa tersakiti jika hendak melanjutkan pendidikan tinggi namun juga terbentur oleh ideologi dan statmen tersebut. Jangan sekolah tinggi-tinggi nanti bisa-bisa yang laki-laki malah jadi pembantu rumah tangga karena wanita lupa akan kewajibannya. Bisa jadi itu adalah kejadian dari segelintir orang saja, namun lantas diambil kesimpulan dan digeneralisasikan. Bagi masyarakat yang di kota mungkin menjadi wanita yang berpendidikan tinggi sudah menjadi hal yang wajar, namun di desa,,,,,,ah bisa-bisa menjadi gunjingan di masyarakat.

Pendidikan yang tinggi tidak melulu menjadikan seorang wanita untuk berkarir, pendidikan yang tinggi itu menjadi bekal untuk anak-anak kita, pendidikan tinggi tidak melulu harus menghasilkan uang yang banyak, namun bagaimana dapat memberi manfaat kepada masyarakat tentang keilmuan kita. 

Ahh,,,,aku berbicara seolah sudah menjadi ibu-ibu kawan,,,,,,apakah aku ibu-ibu? bukan !!! aku hanya seorang gadis yang mengalami ketakutan dan kebimbangan akan jalan-jalan seperti ini, sangat disayangkan jika tidak melanjutkan S2 namun juga diiringi dengan ketakutan, ketakutan ini bukan hanya beban bagi diri saya pribadi namun juga keluarga. Sebenarnya ini simple sekali,,,,aku hanya perlu menutup telinga dengan omongan-omongan begitu namun akan sampai kapan? tetep capek juga kali.

Aku bukan pejuang feminisme kawan, aku juga bukan pejuang emansipasi wanita,,,,,namun ini terasa diskriminasi. Bagaimana tidak? jika seorang laki-laki menempuh pendidikan tinggi maka ia akan menjadi lelaki ideal dan juga idaman. Berbeda jika wanita yang menempuh pendidikan tinggi, itu justru menakutkan bagi laki-laki. 

Yah....itu fakta dan masalahnya. Mari sama-sama berbenah, membenahi pola pikir yang sudah semestinya diluruskan. Jika kita tidak menempuh pendidikan yang tinggi lantas bagaimana kita mendidik anak-anak kita kelak? padahal kita akan hidup pada masa yang berbeda dan jika kita tidak mengetahuinya, itu akan menjadi bumerang bagi kita sendiri. Tidak sedikit kenakalan-kenakalan remaja yang dipicu lepas dari pengawasan orang tua, entah itu dimulai dari kemajuan tekhnologi, pergaulan, dan lain-lain, itu karena minimnya pengetahuan orang tua tentang pendidikan.

Semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi bagi sesama, bantu share jika teman-teman menganggap ini penting bagi kita semua, baik orang tua, pemuda, remaja atau siapapun itu. Wanita berpendidikan tinggi bukan sesuatu yang harus ditakutkan atau diminderkan, mereka adalah menantu idaman, jangan membuat orang lain menghentikan langkahnya untuk mencari ilmu, mereka itu memperbaiki kualitas diri. Terimakasih :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun