Sungguh kutahu setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Sungguh kusadari ajal akan menjemput kapan saja.
Sungguh kupahami setiap cobaan pasti ada hikmahnya.
Sungguh kuyakini Allah tidak akan mengujiku diluar batas kemampuanku.
Tapi ... Haruskan dengan cara seperti ini?
Tak bisa kutemani mereka ketika detik nafas terakhirnya.
Tak bisa kubantu tuntun mereka dengan lantunan Asma Allah ketika diakhir hayatnya.
Tak bisa kucium harum tubuh mereka  untuk terakhir kalinya.
Tak bisa kumemandikan, mengkafani dan mensholatkan  jenazah mereka  sebagai bakti terakhir seorang anak untuk  orang tuanya
Bahkan tak bisa kupikul keranda mereka sebagai wujud memgabdi.
Aahh ... Covid 19 kehadiranmu telah melulantahkan pengabdian seorang anak terhadap orang tuanya
Dan akupun tak bisa menyaksikan detik terakhir ketika jasad yang kucintai itu memasuki liang lahat untuk terakhir kalinya.
Sungguh ... Ini sangat menyakitkan melebihi tusukan sembilu di sekujur tubuhku.
Lihatlah kami.
Tiga perempuan yang berdiri kaku di pemakaman ini.
Sunyi ... Tanpa iringan pengantar jenazah
Sepi ... Tanpa doa para kerabat
Tengoklah kami.
Tiga perempuan yang menahan tangis di pemakaman ini.
Tiga anak yang tersiksa karena hanya bisa menatap dua gundukan tanah merah yang masih basah. Tanpa bisa melakukan apa-apa.
Beribu tanya bergelayut dalam isakku
Apakah benar dibalik gundukan tanah itu terbaring jazad  orang tua kami?
Ingin kugali pusara ini.
Untuk meyakinkan diriku.
Tapi kutahu itu tak mungkin.
Karena siang tadi.
 dari balik jendela kaca  kamar jenazah.
kusaksikan dua orang yang kusayangi. telah terbaring tak bernyawa karena  Covid_19
Buat kalian yang belum terpapar Covid 19
Jaga dirimu dan keluargamu
Cukup aku yang mengalaminya
jangan kalian
Karena ini sungguh berat
Semoga Covid_19 ini segera berlalu
Makassar, 13 April 2020
Memelukmu dalam doa
Noer Awad