PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) berencana menghapus loket fisik di stasiun KRL secara bertahap.Â
Sebagai gantinya, seluruh transaksi pembelian tiket dan top-up saldo akan dialihkan ke sistem digital, seperti QRIS dan metode pembayaran elektronik lainnya.Â
Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya transformasi digital yang bertujuan meningkatkan efisiensi layanan, mengurangi antrean panjang, serta menyesuaikan dengan tren cashless society yang semakin berkembang.Â
Bahkan, konsep Smart Station akan mulai diterapkan di Stasiun BNI City, di mana hampir semua layanan---mulai dari akses masuk, informasi penumpang, hingga fasilitas umum---akan berbasis teknologi digital. Â
Tapi, ada satu pertanyaan besar: Apakah semua penumpang siap dengan perubahan ini? Tidak bisa dipungkiri, meskipun teknologi berkembang pesat, tidak semua orang bisa atau terbiasa menggunakannya.Â
Masih ada banyak penumpang, terutama orang tua atau mereka yang tidak terlalu melek teknologi (gaptek), yang lebih nyaman membeli tiket langsung di loket dengan uang tunai.Â
Belum lagi masyarakat dari kalangan ekonomi bawah yang mungkin tidak memiliki akses mudah ke smartphone atau sistem pembayaran digital.Â
Jika loket fisik benar-benar dihapus, bagaimana nasib mereka? Apakah sistem ini justru akan menyulitkan sebagian pengguna KRL?
Baik, mari sama-sama kita bahas.
1. Manfaat Digitalisasi Loket KRL
Digitalisasi loket KRL memang punya banyak keuntungan. Dengan sistem pembayaran berbasis QRIS dan metode digital lainnya, transaksi bisa dilakukan lebih cepat tanpa perlu antre panjang di loket.