Di kehidupan sehari-hari, kita sering melihat orang yang membantu dengan uang dipuja-puja, sementara mereka yang membantu dengan tenaga malah jarang diingat.Â
Misalnya saja, ada acara donasi untuk korban bencana. Orang yang menyumbang uang Rp10 juta langsung dapat tepuk tangan, namanya disebut di panggung, bahkan kadang di-posting di media sosial sebagai "dermawan."Â
Tapi, bagaimana dengan mereka yang turun langsung ke lapangan, mengangkut bantuan, masak untuk para pengungsi, atau membersihkan puing-puing?Â
Ya sudah, dianggap biasa saja, seperti "itu kan memang tugas mereka."Â Â
Jelas, fenomena ini menimbulkan pertanyaan, kok bisa sih mereka lebih fokus dengan bantuan berupa uang daripada tenaga?Â
Apa karena uang itu kelihatan lebih "wah" dan mudah dihitung nilainya? Atau karena kita sebagai manusia memang cenderung lebih mudah terkesan dengan sesuatu yang sifatnya materi?Â
Padahal kalau dipikir-pikir, tenaga juga nggak kalah pentingnya. Orang yang menyumbang tenaga seringkali mengorbankan waktu, tenaga fisik, bahkan kesehatan mereka untuk membantu orang lain. Jadi, apa benar uang lebih pantas dihargai dibanding tenaga?
Kalau dipikir-pikir, nggak heran sih kenapa uang lebih mudah diingat. Uang itu konkret, terlihat, dan hasilnya langsung kelihatan.Â
Misalnya, kalau ada yang menyumbang uang Rp100 juta untuk bangun masjid, hasilnya nyata: masjidnya jadi megah, ada plakat nama penyumbangnya, dan orang-orang akan terus ingat sumbangan itu.Â
Uang juga sering dianggap sebagai simbol kekuatan dan pengaruh. Kalau kita lihat ada orang menyumbang besar-besaran, sering kali dia dianggap sebagai "orang besar" juga.Â