Hidup itu kadang nggak sesuai harapan, ya. Sudah kerja keras banting tulang, mengorbankan waktu, sampai rela tidak melakukan hal-hal yang disuka, eh, hasilnya tetap nggak sesuai ekspektasi.
Ada yang sudah jaga sikap, jadi karyawan teladan, tetap saja gaji segitu-gitu aja, atau malah kesempatannya diambil orang lain yang lebih lihai membuat pencitraan.Â
Rasanya nggak adil banget, tapi ya begitulah kenyataannya. Dunia ini memang tidak selalu berpihak ke yang rajin dan baik hati.
Realitanya, kerja keras memang tidak selalu langsung berbuah manis. Kadang ada variabel lain yang membuat hasilnya tidak sesuai harapan—keberuntungan, politik kantor, maupun sistem yang tidak adil.Â
Tapi kalau orang yang rajin saja harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan hasil, bagaimana dengan mereka yang malas dan kinerjanya di bawah standar?
Malas bukan hanya soal kurang usaha, tapi juga memberikan sinyal buruk ke atasan dan rekan kerja. Orang malas biasanya dicap nggak bisa diandalkan, nggak punya motivasi, dan cenderung merepotkan tim.Â
Akibatnya, kesempatan untuk naik gaji, dipromosikan, maupun dipertahankan di perusahaan pun semakin kecil. Jadi, kalau kerja keras saja kadang belum cukup, sikap malas apalagi? Itu sama aja seperti menggali lubang untuk diri sendiri.
Kalau sudah malas dan kinerja juga buruk, siap-siap saja untuk menghadapi banyak konsekuensi pahit di dunia kerja. Pertama, pasti akan kehilangan kepercayaan dari atasan.Â
Mereka akan berpikir, 'Ngapain gue kasih tanggung jawab ke orang yang kerjanya setengah-setengah?' Akhirnya, kamu nggak dikasih proyek penting, nggak dilibatkan dalam keputusan besar.Â
Kedua, produktivitas pasti turun, dan itu akan terlihat jelas. Rekan kerja jadi males ngajak kamu kerja sama karena mereka takut hasil tim jadi jelek gara-gara kamu. Lama-lama, kamu dianggap cuma beban.Â