Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Standar Kesempurnaan dari Media Sosial: Beban Psikologis Bagi Generasi Z

1 Desember 2024   12:54 Diperbarui: 1 Desember 2024   14:21 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Kecanduan Media Sosial. | Pexels. Vlada Karpovich

Itu membuat kita jadi mempertanyakan diri sendiri: “Kenapa hidup gue nggak kayak mereka?” Akhirnya, perasaan sedih, nggak berharga, bahkan hopeless pun muncul. 

Parahnya mereka yang terobsesi dengan media sosial, sering kali nggak sadar kalau ini gejala depresi. Mereka pikir wajar merasa down karena media sosial. 

Padahal, kalau tidak ditangani, ini bisa merusak kesehatan mental secara keseluruhan.

3. Rendahnya Self-Esteem

Media sosial punya cara jitu untuk membuat kita merasa tidak cukup baik. Dari tampilan tubuh yang nggak sesuai standar “ideal” sampai gaya hidup yang jauh dari “sempurna,” semuanya seperti men-trigger rasa minder. 

Self-esteem atau rasa percaya diri kita pun jadi turun drastis. Bahkan, komentar negatif dari orang-orang asing di media sosial bisa jadi pukulan telak buat mental. 

Bayangin, kamu sudah berusaha tampil percaya diri, eh ada yang nyinyir soal penampilan atau hidup kamu. 

Lagi-lagi kita dibuat berpikir, “Apa bener ya gue nggak cukup baik?” Lama-lama, self-esteem pun anjlok.

Perilaku Obsesif untuk Mengejar "Standar"

Demi mengejar standar yang ditentukan media sosial, banyak orang rela melakukan hal-hal ekstrem. Contohnya: diet berlebihan, olahraga sampai kelelahan, atau ngutang demi beli barang branded hanya untuk bisa pamer di media sosial. 

Semua ini dilakukan semata-mata untuk mendapat validasi dari orang lain. Ada juga yang jadi kecanduan edit foto atau filter agar terlihat “sempurna”. 

Bahkan, ada yang nggak mau keluar rumah tanpa makeup karena takut nggak sesuai standar yang mereka pasang di media sosial. 

Ini jelas bikin hidup jadi nggak sehat—baik secara fisik maupun mental. Lebih parah lagi, perilaku obsesif ini bisa berubah jadi kebiasaan toxic. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun