Itu membuat kita jadi mempertanyakan diri sendiri: “Kenapa hidup gue nggak kayak mereka?” Akhirnya, perasaan sedih, nggak berharga, bahkan hopeless pun muncul.
Parahnya mereka yang terobsesi dengan media sosial, sering kali nggak sadar kalau ini gejala depresi. Mereka pikir wajar merasa down karena media sosial.
Padahal, kalau tidak ditangani, ini bisa merusak kesehatan mental secara keseluruhan.
3. Rendahnya Self-Esteem
Media sosial punya cara jitu untuk membuat kita merasa tidak cukup baik. Dari tampilan tubuh yang nggak sesuai standar “ideal” sampai gaya hidup yang jauh dari “sempurna,” semuanya seperti men-trigger rasa minder.
Self-esteem atau rasa percaya diri kita pun jadi turun drastis. Bahkan, komentar negatif dari orang-orang asing di media sosial bisa jadi pukulan telak buat mental.
Bayangin, kamu sudah berusaha tampil percaya diri, eh ada yang nyinyir soal penampilan atau hidup kamu.
Lagi-lagi kita dibuat berpikir, “Apa bener ya gue nggak cukup baik?” Lama-lama, self-esteem pun anjlok.
Perilaku Obsesif untuk Mengejar "Standar"
Demi mengejar standar yang ditentukan media sosial, banyak orang rela melakukan hal-hal ekstrem. Contohnya: diet berlebihan, olahraga sampai kelelahan, atau ngutang demi beli barang branded hanya untuk bisa pamer di media sosial.
Semua ini dilakukan semata-mata untuk mendapat validasi dari orang lain. Ada juga yang jadi kecanduan edit foto atau filter agar terlihat “sempurna”.
Bahkan, ada yang nggak mau keluar rumah tanpa makeup karena takut nggak sesuai standar yang mereka pasang di media sosial.
Ini jelas bikin hidup jadi nggak sehat—baik secara fisik maupun mental. Lebih parah lagi, perilaku obsesif ini bisa berubah jadi kebiasaan toxic.