Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Standar Kesempurnaan dari Media Sosial: Beban Psikologis Bagi Generasi Z

1 Desember 2024   12:54 Diperbarui: 1 Desember 2024   14:21 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Kecanduan Media Sosial. | Pexels. Vlada Karpovich

Kamu punya pasti punya media sosial kan? Kamu sadar atau ngerasain nggak? Kalau media sosial bikin kita punya “standar” hidup yang rasanya nggak ada habisnya? Mau itu soal penampilan, gaya hidup, karier, bahkan hubungan, semuanya seperti punya “template” yang harus diikuti. 

Nah, di era digital ini, media sosial tidak hanya menjadi tempat untuk berbagi cerita atau hiburan saja, tapi malah berubah jadi semacam panggung kompetisi—siapa yang paling cantik/tampan, siapa yang paling sukses, siapa yang hidupnya paling bahagia

Ironisnya, banyak banget yang lupa kalau apa yang kita lihat di media sosial seringkali hanya sebagian kecil kesempurnaan yang ditampilkan oleh seseorang. 

Generasi Z, yang lahir di tengah perkembangan teknologi dan tumbuh bersama media sosial, jadi generasi yang paling kena dampaknya. Dari kecil mereka sudah akrab dengan Instagram, TikTok, dan YouTube, yang isinya penuh dengan influencer dan selebgram yang kelihatan punya hidup sempurna. 

Ini membuat standar hidup semakin tidak realistis. Mesti punya kulit flawless, badan ideal, karier gemilang di usia muda, dan liburan ke tempat-tempat fancy

Kalau tidak sesuai dengan “standar” itu, langsung deh muncul perasaan minder, merasa gagal, bahkan jadi tidak percaya diri dengan diri sendiri.

Tekanan ini jadi semakin berat karena Generasi Z hidup di dunia yang serba cepat. Semua pencapaian, entah itu soal fisik atau karier, sepertinya harus diraih dalam waktu singkat. 

Padahal, di balik layar, nggak ada yang benar-benar tahu perjuangan atau bahkan “settingan” dari apa yang ditampilkan. Sayangnya, generasi ini sering banget terjebak dalam perbandingan sosial yang bikin mereka merasa selalu kurang. 

Media sosial bukannya jadi hiburan, malah jadi sumber stres dan beban psikologis. 

Masalahnya, standar yang ditetapkan media sosial ini tidak hanya mempengaruhi cara mereka melihat orang lain, tapi juga cara mereka melihat diri sendiri. Kalau terus-menerus seperti ini, nggak heran banyak dari mereka yang akhirnya capek secara mental, bahkan terjebak dalam krisis identitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun