Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Membebaskan Anak dari Bayang-bayang Mimpi Orang Tua

15 Mei 2024   14:09 Diperbarui: 15 Mei 2024   18:33 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak dan orang tua. (Sumber Gambar: pexels.com/Dominika Roseclay) 

Bagaimana harapan orang tua dapat mempengaruhi harga diri dan kesehatan mental anak? 

Dampak psikologis dari harapan orang tua yang kelewat tinggi, itu bisa jadi beban berat bagi anak-anak. Bayangkan, setiap hari ada suara di kepala Anda yang terus-terusan bilang, “Anda harus jadi ini, Anda harus sukses,” padahal dalam hati kecil Anda, Anda ingin menjadi sesuatu yang lain.

Anak-anak yang terus menerus di-push untuk memenuhi harapan orang tua bisa jadi merasa seperti mereka tidak punya kontrol atas hidup mereka sendiri. Mereka bisa jadi merasa tidak cukup baik kalau mereka tidak bisa mencapai apa yang diharapkan. Ini bisa membuat harga diri mereka jatuh. Mereka bisa jadi merasa tidak berharga atau tidak dihargai untuk mengetahui siapa mereka sebenarnya.

Dari sisi kesehatan mental, tekanan ini bisa membuat anak-anak stres berat atau bahkan depresi. Mereka bisa jadi merasakan cemas secara terus-menerus, takut gagal, dan takut mengecewakan orang tua. Ini semua bisa mengganggu perkembangan mereka, baik secara emosional maupun sosial.

Jadi, sangat penting bagi orang tua untuk mengerti bahwa dukungan dan kebebasan untuk anak-anak itu lebih berharga ketimbang ngotot untuk memaksakan mereka untuk menjadi apa yang orang tua inginkan. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan keunikan mereka sendiri. Karena setiap anak itu spesial, dan mereka punya hak untuk mengejar mimpi mereka sendiri, bukan mimpi orang tua mereka. 

Ada cerita tentang seorang pemuda 23 tahun yang tinggal di Depok bernama Rifki Azis Ramadhan. Dia sempat bikin heboh karena perbuatan yang begitu tega terhadap orang tuanya. Menurut sumber, Rifki sering dimarahi sejak kecil dan dia menahan sakit hati itu sampai akhirnya meledak jadi dendam. Nah, ini bisa jadi pelajaran bagi para orang tua untuk hati-hati dalam menerapkan pola asuh anak.

Kasus seperti ini menunjukkan bahwa tekanan dan ekspektasi yang terlalu tinggi dari orang tua bisa menimbulkan efek yang tidak baik bagi perkembangan psikologis anak. Anak-anak bisa jadi merasa terkekang dan tidak bisa jadi diri sendiri. Mereka butuh dukungan untuk mengejar mimpi mereka sendiri, bukan hanya diarahkan untuk memenuhi apa yang diinginkan orang tua.

Jadi, berita di atas bisa menjadi pengingat untuk kita semua, baik sebagai anak maupun orang tua, untuk lebih mengerti dan mendukung satu sama lain. Kita semua punya hak untuk punya mimpi dan tujuan hidup kita sendiri, dan itu harus dihargai. 

Bagaimana cara yang benar untuk orang tua mendukung anak-anaknya? 

Dengarkan Anak dengan Hati Terbuka. Pertama-tama, yang paling penting itu dengarkan apa yang anak Anda ceritakan. Mereka punya mimpi dan passion sendiri yang mungkin berbeda dengan Anda. Jadi, mendengarkan mereka dengan hati terbuka itu kunci utama.

Dukung Bakat dan Minat Mereka. Kedua, lihat dan kenali bakat serta minat anak Anda. Kalau mereka suka gambar, dukung mereka untuk belajar seni. Kalau mereka suka musik, kasih mereka kesempatan untuk belajar alat musik. Pokoknya, dukung apa yang mereka suka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun