Mengapa sebaiknya kita menghindari penggunaan pinjaman online atau pinjol agar keuangan atau finansial kita sehat selama bulan Ramadan? Berikut penjelasannya.
Dilansir dari media Online CNBC Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang memeriksa 25 perusahaan pinjaman online atau pinjol karena memiliki rasio kredit macet yang cukup tinggi. Tingkat wanprestasi atau TWP dari 25 perusahaan itu mencapai lebih dari 5%. Juru bicara OJK, Sarjito mengungkapkan bahwa OJK akan memberikan surat pembinaan kepada perusahaan-perusahaan tersebut dan meminta action plan dari mereka untuk menurunkan level TWP-nya. OJK memantau pelaksanaan action plan dengan ketat dan akan melakukan tindakan pengawasan lanjutan jika kondisi semakin buruk. Selain itu, terdapat 19 fintech peer-to-peer (p2p) lending yang memiliki ekuitas di bawah Rp 2,5 miliar, yang tidak sejalan dengan Peraturan OJK (POJK) Nomor 10 Tahun 2022 tentang Layanan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (POJK 10/2022) yang menyatakan bahwa tahap ekuitas senilai Rp2,5 miliar harus terpenuhi pada 4 Juli 2023. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun serta Anggota Dewan Komisioner OJK, Ogi Prastomiyono, juga akan menyurati para perusahaan dan meminta perusahaan melakukan pengajuan action plan, yakni terkait perbaikan pendanaan macet.
Pada bulan Maret 2023, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik 25 perusahaan pinjaman online atau pinjol untuk diberikan sanksi karena memiliki rasio kredit macet yang cukup tinggi. Namun, tidak ada informasi terbaru mengenai penurunan atau peningkatan jumlah pinjaman yang macet pada bulan April 2023.
Terlepas dari itu, sebaiknya kita tetap menghindari penggunaan pinjaman online atau pinjol agar keuangan atau finansial kita tetap sehat tidak hanya selama bulan Ramadan, tetapi juga pada bulan-bulan berikutnya. Penggunaan pinjol dapat menimbulkan risiko tinggi terhadap kesehatan keuangan kita, seperti beban bunga yang tinggi, terjebak dalam lingkaran hutang, dan kesulitan untuk mengembalikan pinjaman. Oleh karena itu, penting untuk melakukan perencanaan keuangan yang baik dan mengelola pengeluaran dengan bijak agar tidak perlu mengandalkan pinjaman online.
Ditambah lagi tenornya yang terbilang singkat, tenor pinjol yang paling lama itu hanya sampai 12 bulan bahkan  ada yang tenornya hanya 14 hari. Apakah ini masuk akal? dan tidak terlepas dari bunga yang lumayan besar. Kombinasi tenor pendek dan bunga yang tinggi ini membuat pengembalian pinjaman menjadi sulit bagi sebagian orang. Inilah yang menjadi salah satu penyebab banyaknya warga RI yang mengalami masalah dalam membayar pinjol. Meskipun fitur kemudahan yang ditawarkan oleh pinjol sangat simpel dan mudah, dengan hanya menggunakan KTP dan mengisi data pribadi lainnya, namun sebaiknya hindari tergoda dengan penawaran pinjol itu. Hindari pinjol tidak hanya selama bulan Ramadan, tetapi juga di bulan-bulan berikutnya agar keuangan atau finansial kita tetap sehat dan terhindar dari masalah keuangan yang lebih besar.
Sebagai kesimpulan, menghindari penggunaan pinjaman online atau pinjol adalah langkah yang bijak untuk menjaga kesehatan keuangan atau finansial kita, tidak hanya selama bulan Ramadan, tetapi juga di bulan-bulan berikutnya. Rasio kredit macet yang tinggi pada beberapa perusahaan pinjaman pinjol menunjukkan risiko tinggi dalam penggunaannya. Kombinasi tenor pendek dan bunga yang tinggi dapat membuat pengembalian pinjaman sulit bagi sebagian orang. Oleh karena itu, perlu melakukan perencanaan keuangan yang baik dan mengelola pengeluaran dengan bijak agar tidak perlu mengandalkan pinjol. Dengan begitu, kita dapat terhindar dari masalah keuangan yang lebih besar dan mempertahankan keuangan kita tetap sehat.
