Sepertinya Bulan Ramadhan yang akan datang, akan sama seperti bulan Ramadhan yang lalu-lalu . Mengapa?
Karena selalu saja, atau bahkan, selama beberapa tahun sebelumnya, rakyat Indonesia selalu mengalami masalah dengan penyakit dan kegagalan di bulan suci Ramadhan.Â
Apa penyakitnya dan kenapa bisa dibilang gagal?
Seharusnya bulan Ramadhan itu menjadi momentum untuk mengendalikan diri dan mendekatkan diri dengan Allah SWT serta merasakan pedihnya lapar yang dirasakan oleh orang-orang miskin. Namun, ironisnya, di Negeri kita tercinta ini, setiap kali Ramadhan dan Lebaran tiba, tingkat inflasi selalu melonjak tinggi. Inflasi tersebut disebabkan oleh dua hal, yakni uang yang terlalu banyak beredar di masyarakat dan permintaan atas barang tertentu yang naik. Saat Ramadhan dan lebaran, inflasi semakin meningkat karena konsumsi masyarakat atas barang-barang melonjak.
Bulan Ramadhan seharusnya menjadi momentum untuk menghayati rasa sakit yang dirasakan oleh orang miskin dan memperlihatkan empati terhadap mereka. Namun, pada kenyataannya, semakin dekat lebaran, semakin tinggi konsumsi dan inflasi semakin meningkat. Hal ini menandakan bahwa masyarakat memiliki uang yang cukup, namun tidak dimanfaatkan untuk membantu sesama. THR atau gaji kesekian belas dibagikan dan diterima, namun tidak bisa dinikmati dengan leluasa karena ada anak kita ada anak tetangga, ada saja yang minta THR.Â
Kalau yang punya warung, ada pelanggan yang harus juga di kasih THR karena pada minta, ada juga petugas kebersihan di pinggir jalan pada minta THR juga dan lain sebagainya. Akhirnya kita mendapatkan uang memang iya, tetapi uang itu langsung di edarkan lagi dan uang dari THR itu bukan benar-benar untuk fakir miskin atau orang yang benar-benar membutuhkan tapi hanya untuk orang-orang terdekat kita saja. Â Akibatnya, uang tersebut tidak berdampak pada kesejahteraan fakir miskin dan tentu saja inflasi semakin meningkat karena uang terlalu banyak beredar di masyarakat. Kondisi ini membebani negara dan pada akhirnya orang-orang tertentu semakin terjepit karena adanya inflasi ini.
Realita nya masyarakat Indonesia cenderung meningkatkan konsumsi dan uang terlalu banyak beredar, terutama sebelum Lebaran. Banyak uang yang dibagikan dalam bentuk THR atau gaji kesekian belas, tetapi tidak dimanfaatkan untuk membantu fakir miskin secara efektif. Hal ini mengakibatkan inflasi yang tinggi dan bahkan sampai membebani negara, serta orang-orang tertentu, sementara fakir miskin tetap menderita. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan tindakan yang lebih baik dari masyarakat untuk mengatasi tantangan ini selama bulan Ramadhan dan untuk memperlihatkan empati kepada orang miskin dengan cara yang lebih nyata dan efektif.
Bagaimana menurut teman-teman, sebagai pribadi dan masyarakat, apakah kita dapat mengurangi masalah inflasi dan kegagalan dalam empati terhadap fakir miskin selama bulan suci Ramadhan di Indonesia?
Saya mohon maaf jika ada kesalahan atau kekurangan dalam tulisan ini. Terima kasih telah membaca dan semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H