Mohon tunggu...
Noeradji Prabowo
Noeradji Prabowo Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Konsultan manajemen dengan pengalaman membantu berbagai industri/jasa perusahaan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Ada Begitu Banyak Perselisihan/Gesekan di Masyarakat Kita?

19 April 2024   19:48 Diperbarui: 19 April 2024   20:04 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gesekan / perselisihan antar manusia dalam masyarakat dapat berasal dari berbagai sumber, seringkali berakar pada perbedaan keyakinan, nilai, latar belakang, dan pengalaman. 

Berikut adalah beberapa alasan umum terjadinya gesekan/perselisihan:

  • Perspektif yang Beragam Orang-orang berasal dari latar belakang budaya, agama, dan ideologi yang berbeda, sehingga menimbulkan benturan sudut pandang dan keyakinan.
  • Kesenjangan Ekonomi Ketimpangan sosial-ekonomi dapat menciptakan ketegangan antar kelas sosial, sehingga menimbulkan kebencian dan perselisihan. 
  • Perbedaan Politik Perbedaan ideologi dan opini politik dapat mengakibatkan polarisasi dan konflik, terutama pada saat terjadi perubahan atau pergolakan masyarakat.
  • Media Sosial dan Teknologi Meskipun teknologi telah menghubungkan kita secara global, teknologi juga memfasilitasi ruang gema dan penyebaran informasi yang salah, memperburuk perpecahan dan memicu konflik
  • Politik Identitas Isu terkait ras, gender, seksualitas, dan aspek identitas lainnya dapat menimbulkan gesekan ketika individu dan kelompok mengadvokasi hak dan pengakuan mereka
  • Kelangkaan Sumber Daya Persaingan untuk mendapatkan sumber daya seperti pekerjaan, perumahan, dan layanan kesehatan dapat menimbulkan permusuhan dan konflik antara individu dan kelompok
  • Kurangnya Empati dan Pemahaman Kegagalan berempati terhadap sudut pandang dan pengalaman orang lain dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik.
  • Bagasi Sejarah dan Budaya Keluhan sejarah dan ketegangan budaya yang berkepanjangan dapat berkontribusi pada perselisihan yang terus berlanjut antara kelompok masyarakat yang berbeda.

Berikut ini beberapa catatan, mengapa ada begitu banyak perselisihan / gesekan di masyarakat kita?

  • Kurangnya pengajaran untuk saling menerima perbedaan pada masa sekolah dasar;
  • Keterikatan yang mendalam untuk menjadi orang pertama dan terlihat di mana-mana;
  • Pembekalan pendidikan emosional dalam keluarga;
  • Mengevaluasi orang dan topik tanpa fakta;
  • Kenikmatan yang luar biasa dari ghibah dan ghibah;
  • Kurangnya pembentukan rasa percaya diri pada masa sekolah dasar;
  • Memiliki ekspektasi yang tidak realistis terhadap orang lain;
  • Tidak meminta maaf;
  • Membaca Niat Tanpa Fakta -terbiasa berbicara tanpa data, hanya berdasarkan opini-;
  • Malas membaca (miskin literasi)
  • Tidak mempunyai buku catatan -yang berisi ucapan atau tulisan komentar yang sudah diucapkan/dituliskan di hari itu- dengan dua kolom positif dan negatif (hal-hal yang membutuhkan perbaikan);
  • Hanya dibaca judulnya (tanpa membaca isinya secara tuntas), kemudian dengan mudahnya menggerakkan jempolnya untuk menuliskan komentar -saring sebelum sharing-
  • Kurangnya ruang dan budaya kritis dalam keluarga;
  • Memasuki dan menilai orang dalam ratusan persoalan;
  • Menyebarkan perkataan yang belum diketahui kebenarannya, 
  • Malas melakukan cek-ricek
  • Kesombongan dalam berekspresi dan berbicara;
  • Hampir mematikan kritik terhadap diri sendiri;
  • Menghargai dan tidak berterima kasih kepada orang lain atas perbuatan baiknya;
  • Tidak melatih pengendalian diri semasa sekolah dasar;
  • Memunculkan kutipan yang salah dan kata-kata yang tidak diperlukan dalam interaksi dengan orang lain;
  • Pertukaran kata dan janji yang mudah dan permanen;
  • Kurangnya perhatian dan kesembronoan terhadap kemungkinan akibat dari perkataan  yang diucapkan atau tulisan komentar di medsos;
  • Tidak fokus pada hidup, pekerjaan dan kemampuan.

Mengatasi sumber-sumber perselisihan ini sering kali memerlukan pengembangan empati, mendorong dialog dan pemahaman, serta mengupayakan solusi inklusif yang mengakui dan menghormati beragam perspektif dan pengalaman.

Referensi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun