Konsep ekonomi hijau dan ekonomi biru berfokus pada keberlanjutan dan pengelolaan sumber daya, namun keduanya berada dalam konteks yang berbeda.
- Ekonomi hijau mengacu pada perekonomian yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial sekaligus mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi secara signifikan.
- Ini menekankan pembangunan berkelanjutan melalui penggunaan sumber daya yang efisien, pengurangan polusi dan limbah, dan pelestarian ekosistem.
- Aspek utama ekonomi hijau mencakup energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, pengelolaan limbah, infrastruktur hijau, dan teknologi ramah lingkungan.
- Kebijakan dan inisiatif yang mendorong ekonomi hijau sering kali memprioritaskan investasi pada sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan pembangkit listrik tenaga air, serta penerapan langkah-langkah untuk memitigasi perubahan iklim dan mendorong konservasi keanekaragaman hayati.
- Ekonomi Biru mengutip model bisnis baru di Tiongkok dimana produksi kertas baru mengubah batu-batuan yang hancur, termasuk limbah pertambangan yang selama berabad-abad menumpuk menjadi lembaran untuk mencetak, menulis dan mengemas tanpa menggunakan air, tanpa menebang pohon, dan dapat didaur ulang selamanya. Ini merinci bagaimana onak, dianggap sebagai gulma, diubah menjadi plastik, pelumas dan herbisida mengubah pabrik petrokimia tua menjadi biorefinery.
- Ekonomi biru berfokus secara khusus pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan penghidupan, dan menjaga kesehatan ekosistem laut.
- Ini mencakup berbagai kegiatan, termasuk perikanan dan budi daya perairan, transportasi laut, produksi energi terbarukan (seperti energi angin dan gelombang lepas pantai), pariwisata pesisir, dan pengembangan bioteknologi kelautan.