Sore itu seekor Kelinci terus termenung, menghiba nasibnya yang tak kunjung membaik, bertanya-tanya pada angin mengapa hatinya terasa hampa. Sudah sepekan ia terus bermenung di bawah pohon nan rindang itu, berharap angin bisa membawa dirinya terbang seperti burung di atas sana. Bahkan sudah beberapa kali Anjing dan Kucing membawa ia bermain bersama seperti sedia kala. Kelinci tak berminat, ia kata "Kaki ku sedang sakit Ji, Ci" pada Anjing dan Kucing. Anjing dan Kucing sempat melihat pada kaki kelinci yang sebenarnya tidak sakit itu, menatap kawannya heran "Oh rupanya kaki itu yang sudah melangkah pada tempat yang salah" ucap Anjing dalam hati. Tak tahan melihat kawannya yang bermenung, Anjing menawarkan obat pada Kelinci, Kelinci sempat tertegun mendengar niat Anjing yang menawarkan obat padanya, "Kau pikir itu obat? " tanya Kelinci pada Anjing. Anjing mengangguk seraya berkata "Kau akan sembuh jika mau bermain dengan sang singa yang gagah itu" ujar Anjing pada Kelinci.
Malam harinya seperti yang sudah di rencanakan, Kelinci menemui teman barunya itu, berharap kakinya akan lekas sembuh, tak melangkah pada yang salah lagi, berharap hatinya lekas terisi, tak terasa hampa lagi.Â
Dari tempatnya berpijak Kelinci dapat melihat seekor Singa sedang bermain bersama kawannya. Lama di pandang, kian membius, kian melekat dalam ingatan "Oh betapa manis dan cerahnya senyum itu" gumam Kelinci pada dirinya. Kelinci mulai tersenyum secerah matahari, berharap bisa menyayingi senyum sang singa di depan sana. Namun, kelinci tak kunjung mendekat. Ia terpaku, hatinya berkata "Melangkahlah", namun, kakinya tetap terpaku di pijakannya. Singa melihat ke arahnya, mulai mendekat dengan senyum yang perlahan meralihkan dunia Kelinci, Kelinci lupa bahwa ia kemarin baru saja merasa putus asa dan teramat sedih. "Hai kawan, apakah kau kawan sang Anjing?" ujar Singa pada Kelinci. Kelinci mengangguk malu, Singa yang menyadari bahwa kawan barunya ini merasa malu, mulai membuat suasana menjadi nyaman, ia bertanya, bercerita, dan sesekali tertawa bersama Kelinci. Malam itu hati yang hampa mulai terisi penuh, kaki yang sering salah karena terus saja terpaku dan mundur mulai berani melangkah bahkan sesekali berlari dan meloncat mengikuti sang Singa, ia mulai merasa sembuh. Malam itu tepat pada musim semi yang memekarkan semua bunga, semerbak, harum, dan cantik. Ya cantik, kelinci merasa rasanya ini cantik karena bisa membuat ia tersenyum sepanjang hari. Kelinci lupa akan satu hal. Satu hal yang mungkin bisa membuat kakinya sakit lagi atau hatinya yang mulai penuh itu meledak karena saking penuhnya, hancur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H