Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kiat Menghemat Lem dan 25 Hal yang Perlu Ditambahkan saat Prakarya Menggunakan Lem

2 Juli 2024   09:01 Diperbarui: 2 Juli 2024   09:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sekolah Pendidikan anak usia dini (PAUD), lem adalah benda sakti yang digunakan setiap saat di hampir semua kegiatan pembelajaran. Mulai dari kolase, menempel gambar pada buku kerja, hingga kegiatan seni lainnya. Namun kadang masih banyak sebagian siswa yang anti kotor dan menghindar menempelkan lem menggunakan tangannya. Biasanya mereka memang diajarkan tentang kebersihan di rumahnya. Namun sebagian yang lainnya justru sangat menikmati bermain lem di tangannya. Selain itu motoric mereka yang belum sempurna terkadang belum bisa mengukur seberapa banyak lem yang dibutuhkan saat sedang bekerja di atas meja. Akibatnya banyak lem yang justru menempel di meja.

Untuk lebih efektifnya saat menggunakan lem, ada baiknya juga sekolah menyediakan meja khusus, yakni meja lem yang digunakan saat anak-anak akan melakukan kegiatan seni dan prakarya. Tujuannya adalah agar anak-anak bisa leluasa menggunakan lem tanpa guru merasa khawatir untuk membersihkannya segera. Seperti yang kita tahu, untuk membereskan meja yang penuh dengan lem, maka guru membutuhkan waktu untuk mengerjakannya saat seluruh siswa sudah pulang.

Meja lem adalah tempat tempat dimana guru dapat mengatakan YA untuk bermain jika sekolah memiliki sumber daya untuk mendukungnya. Namun jika sumber daya atau fasilitas ini tidak ada / langka maka guru tidak dapat memiliki meja lem. Dengan memberikan ruang yg khusus kepada anak-anak usia dini untuk bermain lem, maka ini akan memberikan ruang dan waktu kebebasan bagi mereka untuk mengeksplorasi sifat-sifat lem dengan berbagai cara. Sehingga guru tidak lagi khawatir untuk membersihkannya.

Yang diperlukan adalah sebuah meja tua dengan ukuran yang disesuaikan, lalu potong alasnya hingga setinggi anak-anak. Kemudian sediakan berbagai macam benda untuk mereka tempelkan. Lama kelamaan meja tersebut akan memiliki daya Tarik seni tersendiri yang menakjubkan. Gunakan saja lem putih biasa, lem stik, lem dengan glitter, lem bening, dan bahkan lem tembak suhu rendah atau dingin yang aman bagi anak-anak.

Berikut adalah 25 hal yang bisa ditambahkan dan disediakan di atas meja lem:

  • Potongan pohon
  • Robekan kertas tissue
  • Potongan puzzle-puzzle
  • Pompoms
  • Tongkat es loli
  • Potongan kertas
  • Kancing-kancing
  • Tutup botol
  • Tutup gabus
  • Batu-batu kecil
  • Benang
  • Buah pinus
  • Ranting atau stik kecil
  • Bulu ayam
  • Mainan mata goyang
  • Pasta
  • Dedaunan/ bunga
  • Sedotan kertas
  • Kertas timah
  • Pepohonan
  • Kulit kerrang
  • Ranting kecil
  • Serbet kertas
  • Pita-pita
  • Karton
  • Papan kayu/ triplek kecil

Tidak memiliki banyak sumber dayanya? Berikut adalah beberapa kiat jika sumber daya terbatas tetapi masih ingin menggelar kegiatan bermain lem.

  • Gunakan penyebar lem : Sediakan penyebar lem atau kuas yang dapat digunakan oleh semua anak untuk mengoleskan lapisan lem yang tipis dan rata. Hal ini tidak hanya akan membuat lem bertahan lebih lama, tetapi juga mendorong perkembangan ketrampilan motoric halus.
  • Pengenceran lem : campurkan lem dengan sedikit air untuk membuat campuran lem yang tidak terlalu kental. Lem yang diencerkan dengan air dapat disebarkan ke area yang lebih luas. Sehingga anak-anak dapat menggunakan lebih sedikit lem putih dan tetap menikmati pengalamannya.
  • Lem dalam wadah kecil : Tempatkan lem dalam wadah kecil dengan bukaan yang sempit. Seperti cangkir kecil, wadah sambel plastic, atau wadah daur ulang yang bukaannya kecil sehingga butuh usaha yang lebih untuk anak-anak bisa mengorek isinya. Hal ini tentu saja membatasi jumlah lem yang bisa digunakan sekaligus dan juga melatih motoriknya.
  • Kontrol Porsi: Berikan jumlah lem yang sudah diukur sebelumnya untuk setiap anak atau kelompok dengan adil. Sehingga mereka memiliki jumlah yang sudah ditentukan untuk digunakan. Hal ini juga membantu untuk memastikan bahwa lem yang digunakan dengan hemat.
  • Gunakan lem pen: Lem pen adalah lem stik yang tidak terlalu berantakan dan memungkinkan aplikasi yang terkendali. Mereka juga lebih ekonomis dalam jangka Panjang dibandingkan dengan lem cair.
  • Mendorong seni kolase: Doronglah anak-anak membuat seni kolase, Dimana anak-anak menggunakan potongan-potongan kecil kertas, kain, atau bahan lainnya Bersama dengan lem. Dengan cara ini, mereka dapat membuat desain yang rumit tanpa menggunakan lem dalam jumlah yang berlebihan.
  • Proyek kolaboratif: Aturlah proyek kelompok Dimana anak-anak bekerja Bersama dalam sebuah karya seni yang besar. Dengan car aini, lem dibagi antara beberapa anak untuk menciptakan sesuatu yang Istimewa.
  • Perekat alternatif: Jelajahi, alternatif seperti selotip 2 sisi, catatan tempel, atau titik-titik lem. Ini dapat digunakan untuk menciptakan tekstur dan pola yang berbeda dalam proyek seni.
  • Sumbangan Masyarakat: Sekolah juga bisa meminta bantuan lingkungan setempat atau pihak-pihak yang perduli dengan Pendidikan anak usia dini. Tanyakan kepada mereka apakah mereka dapat menyumbangkan lem yang berlebih atau tidak terpakai. Hal ini dapat membantu mengisi persediaan yang dimiliki oleh sekolah.

Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun