Dampak dari metode ini adalah pemahaman siswa sangat bergantung pada kegiatan pembelajaran yang disampaikan guru dalam Google meet terhadap materi pembelajaran. Tidak ada sesuatu yang menarik dan kreatif yang bisa dikembangkan oleh siswa didik.
Lalu bagaimanakah cara seorang guru menggunakan teknologi (hardware dan aplikasi) yang sudah di pelajari untuk mengembangkan pembelajaran?
Setiap tingkat lanjut (Augmentation, Modification, dan Redefinition) menuntut kita untuk mengubah kegiatan dan/atau tujuan pembelajaran. Mengetahui ini (kegiatan dan tujuan pembelajaran) maka tentu saja akan membantu guru untuk bisa menakar dengan lebih akurat seberapa besar resliensi yang diharapkan menerobos masing-masing tingkat tersebut.
Karenanya sebagai seorang guru, secara perlahan namun pasti hendaknya kita dapat menguasai beragam aplikasi pembelajaran untuk merealisasikan setiap tujuan pembelajaran. Namun apabila terlalu banyak aplikasi pembelajaran yang kita pelajari malah membingungkan, maka akan lebih baik untuk fokus saja pada satu aplikasi yang dianggap paling berperan dalam mencapai sasaran atau tujuan pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah menerapkan strategi yang tepat terkait bagaimana cara mengoptimalkan aplikasi tersebut dengan tetap memperhatikan tingkat pemahaman siswa yang berbeda.
Selain itu yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana caranya agar aplikasi pembelajaran yang dirancang mampu merangsang atau menumbuhkembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan siswa secara signifikan. Terlalu banyak aplikasi yang digunakan namun dengan metode yang itu-itu saja, maka hasilnya adalah keterbatasan pengembangan kemampuan siswa yang terpaku pada tataran mengingat dan menghafal.
SEMOGA BERMANFAAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H