Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kiat Mengajarkan Anak untuk Berperilaku Baik dan Mengatur Emosi

5 Januari 2024   18:11 Diperbarui: 5 Januari 2024   18:13 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dini penting untuk diajarkan kepada anak-anak bagaimana mereka bisa memiliki kemampuan dalam mengelola emosi. Anak-anak sesuai pertumbuhannya akan mengalami berbagai hal dan situasi serta pengalaman baru yang akan melatih emosi mereka. Pengalaman yang dilewati baik itu susah, sedih, maupun gembira akan berpengaruh terhadap emosi yang mereka miliki. Tanpa diajarkan kepada mereka, bagaimana mungkin anak-anak akan memahami dalam merespons sebuah hal dengan benar.

Satu hal yang harus diingat bahwa jangan pernah meremehkan perkembangan emosi anak-anak hanya karena beranggapan mereka masih kecil. Respons anak-anak terhadap sesuatu yang menunjukkan emosi mereka seperti kesedihan, kemarahan yang berlebihan, stres atau bahkan tantrum hingga terjadi kekerasan merupakan hal yang pastinya tidak satu orang pun menginginkannya. Kondisi seperti ini sangat mungkin saja akan sering terjadi pada anak jika dirinya tidak diajarkan mengelola emosi dan perilaku mereka.

Ekspresi emosi anak dan perilaku yang tidak baik yang diremehkan bahkan dianggap tidak penting dapat menyebabkan efek psikologis yang berbahaya pada perkembangan anak. Jika hal ini terjadi dan tidak segera diatasi, maka kelak dapat membekas dan berakibat ke tindakan lainnya pada masa yang akan datang. Betapa sering kita melihat di berita baik itu televisi maupun media sosial seorang anak yang melawan orang tuanya atau bahkan orang tua yang akhirnya membunuh anaknya karena perilaku yang tidak terpuji yang merugikan orang tua bahkan keluarga besarnya.

Perilaku yang tidak terpuji pada anak baik yang dilakukan semasa pertumbuhannya tidaklah muncul secara mendadak, melainkan muncul secara perlahan di masa lalunya dan efek psikologis yang dialaminya saat masih kecil. Dan sering kali orang tua merasa abai akan hal ini karena menganggap biasa dan akan hilang seiring berjalannya waktu. Padahal semua itu tidak akan hilang begitu saja seiring berjalannya waktu. Mengantisipasi sejak dini akan jauh lebih meringankan ketimbang kita harus membenahinya dimasa yang akan datang.

Agar hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di masa yang akan datang, maka penting untuk mengajarkan anak-anak bagaimana mereka mampu mengelola emosi dan berperilaku baik serta santun. Anak usia dini yang diajarkan santun dan berperilaku baik serta mampu mengelola emosinya maka akan membuat perkembangan psikologis yang lebih stabil dan dapat terkontrol. Lalu bagaimana orang tua dapat mengajarkan kepada anak betapa pentingnya memiliki perilaku yang baik dan mengelola emosinya? Tentu saja dengan memberikan contoh perilaku yang baik yang ditunjukkan oleh orang tua dan orang dewasa yang ada di sekitarnya agar anak-anak dapat meniru hal-hal baiknya.

 Jika orang tua maupun guru menginginkan anak-anak berjalan lurus di lorong tanpa berbicara sama sekali, maka sebagai guru maupun orang tua juga harus dapat menunjukkan hal yang sama dengan tidak berbicara dengan sesama rekan kerja/guru saat berjalan di lorong. Jika kita menginginkan anak-anak duduk sesuai dengan cara yang kita perintahkan saat circle time misalnya, lalu apakah seseorang juga mengizinkan ayah-bunda guru untuk duduk dengan satu cara selama rapat? Tentu saja tidak bukan?

Dikelas biasanya guru memasang bagan perilaku untuk kemudian memanggil anak-anak di depan orang lain dan menilai atas perilaku mereka sendiri. Namun bayangkan, apakah kita tidak akan terkejut jika atasan kita juga menaruh hal yang sama  di ruang istirahat agar semua orang tahu ketika rekan kerja atau malah diri kita sendiri melakukan kesalahan. Apakah ini baik?

Saat kita membuat anak-anak melakukan semua pekerjaan yang sama dan mengerjakan semua tes yang sama dan mengontrol hari mereka dari awal hingga akhir. Namun, bisakah kita bekerja dengan baik jika ada yang mengontrol dan mengatur kita hingga sepanjang hari? Sebagai guru misalnya, dapatkah kita mengganti waktu istirahat anak-anak, seni, musik, teater, dan bermain dengan hal lain berupa lembar kerja, ceramah, dan tes. Apakah kita juga akan menyukai hal ini? Tentu saja setiap pimpinan atau para pemberi kerja menginginkan orang-orang yang bisa berpikir kreatif dan mandiri. Tapi dengan memberi ke tidak nyaman-an apakah akan membuat seseorang juga dapat berpikir kreatif dan mandiri? Bagaimana hal tersebut juga terjadi dengan anak-anak?

Kita selalu mencoba mengontrol anak-anak dari awal hingga akhir sepanjang hari mereka, namun kemudian mengatakan "ahh.. dasar anak-anak zaman sekarang..." seolah-olah itu adalah kesalahan mereka tanpa merefleksikan diri apakah kita sudah mengajar mereka dengan baik. Nyatanya kita memiliki ekspektasi yang lebih tinggi terhadap anak-anak, dibandingkan dengan orang dewasa. Padahal yang sebenarnya terjadi anak-anak TIDAK belajar mengatur emosi mereka dengan menyaksikan orang dewasa yang tidak bisa diatur pula, melampiaskan rasa frustrasi mereka kepada anak-anak mereka dengan memberikan hukuman yang mengandung kemarahan yang mereka pikir akan "memberi mereka pelajaran"

Anak-anak belajar untuk mengatur emosi mereka dengan menyaksikan seorang pemimpin yang membumi ditambah dengan model orang dewasa di sekitarnya yang dapat dipercaya. Anak-anak belajar melalui pengaturan bersama dan hubungan, bukan dengan kritik dan paksaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun