Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Menjadi Orangtua yang Memahami Manfaat Maaf

4 Desember 2023   08:39 Diperbarui: 5 Desember 2023   02:29 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini kita memahami bahwa akan selalu ada anak yang durhaka kepada orang tua. Kita tidak bersepakat bahwa orang tua juga bisa bertindak durhaka kepada anak. Karenanya pemahaman akan pentingnya parenting bagi orang tua dan akhlak agama juga haruslah berimbang.

Bukan tidak mungkin akan terjadi perselisihan orang tua dan anak dalam hal apa saja. Terkadang kepedulian orang tua terhadap anak juga melupakan kebebasan untuk memilih pada anak. Hal inilah yang kadang kala terjadi.

Sebagai akibatnya adalah pertengkaran ayah-bunda dan ananda tentu tidak akan terhindarkan. Jika ayah-bunda mendapati diri ayah - bunda marah, membentak ananda, namun kemudian merasa menyesal seketika, berikut adalah saran tindakan yang boleh untuk ayah-bunda lakukan. Ada dua kata untuk ayah-bunda: Putar ulang dan ulangi. Berikut langkahnya:

  • Mungkin terdengar seperti, "Tunggu, Ayah- bunda seharusnya tidak berbicara seperti itu kepada ananda. Ananda TIDAK bertanggung jawab atas perasaan yang ayah-bunda rasakan. Ananda tidak membuat ayah-bunda merasa seperti itu. Reaksi ayah-bunda adalah tanggung jawab ayah-bunda".
  • Kalimat tersebut mungkin terdengar seperti, "Wah, itu tidak sopan. Ayah-bunda minta maaf. Ayah-bunda akan mencobanya lagi"
  • "Ayah-bunda mencintaimu dan itu bukan cara yang ayah/ bunda inginkan untuk berbicara dengan orang yang ayah/ bunda cintai. Ayah / bunda akan memulai dari awal lagi..."
  • Biarkan ananda melihat sisi kemanusiaan ayah/ bunda. Hal ini akan membuat mereka tahu bahwa manusia tidaklah sempurna dan perbaikan hubungan itu MUNGKIN terjadi ketika kita mengacaukannya.

Meminta maaf kepada anak bukanlah sesuatu yang memalukan ketika memang harus dilakukan. Tidak perlu merasa gengsi terhadap anak ketika memang sebagai orang tua ada hal-hal yang tidak bisa kita penuhi. 

Ini juga akan mengajarkan kepada anak bahwa setiap orang memiliki keterbatasan dan tidak ada manusia yang sempurna. Berikut adalah contoh permintaan maaf yang harus bisa diberikan kepada anak-anak.

  • Ayah - bunda sangat menyesal. Ketika Ayah-bunda sudah merespons dengan sangat kasar. Semua orang tua kadang bereaksi berlebihan. Hal ini lumrah terjadi karena terpicu oleh kondisi dan faktor kelelahan, atau sedang berjuang, atau dalam situasi yang terasa menakutkan atau berbahaya. Tidak peduli MENGAPA kita memberikan respons yang kasar, anak-anak kita berhak mendapatkan penyesalan yang tulus, dan kepemilikan atas perilaku kita. Bukan salah mereka ketika kita tidak bisa mengatasinya.
  • Ayah - bunda sangat menyesal. Ketika ayah/ bunda tidak mengerti apa yang ananda butuh kan. Sangat menyakitkan sebagai seorang anak untuk menjadi salah paham atau memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi. Ketika kita tidak dapat membantu anak-anak, kita merasa dilihat dan didengar dengan mudah, mereka perlu mendengar kita mengakui dan meminta maaf untuk mendapatkan kembali kepercayaan pada keinginan kita untuk benar-benar mendapatkan mereka.
  • Ayah - bunda sangat menyesal. Ayah-bunda bisa mencoba untuk memperbaikinya alih-alih menemani ananda dalam rasa kecewanya. Sungguh menyakitkan melihat anak-anak kita merasa sedih dan kesakitan dihatinya karena perlakuan spontan ayah-bunda. Tetapi tidak berempati dan duduk dengan rasa sakit mereka, berarti mereka merasa terisolasi, bukannya dikelilingi. Anak-anak kita membutuhkan kita untuk hadir dalam rasa sakit mereka, bukan mencoba membuatnya lebih baik.
  • Ayah - bunda sangat menyesal. Kekhawatiran ayah-bunda yang berlebihan dan menghalangi ananda. Faktanya memang mengasuh anak itu penuh dengan kekhawatiran. Tentu semua orang tua menyadari ini. Tidak mungkin ayah-bunda berlepas tangan ketika ananda akan melewati sesuatu yang menurut ayah-bunda akan membahayakan. Kita semua memegang kesadaran semua cara yang mungkin anak-anak kita bisa mendapatkan keinginan mereka, atau hati, atau kehidupan yang patah. Namun terkadang kita membiarkan kekhawatiran itu berbicara terlalu keras dan lupa bahwa anak-anak kita membutuhkan kita untuk percaya pada mereka dan mempercayai proses pertumbuhan mereka.
  • Ayah - bunda sangat menyesal. Ini terjadi pada kita semua. Bisa jadi kita terganggu selama satu hari, atau satu Minggu, atau satu musim. Tetapi ketika kita menyadari bahwa kita belum selaras dan hadir dengan anak-anak kita, mereka perlu tahu bahwa kita menyesalinya, dan bahwa kurangnya kehadiran kita tidak bukan karena kurangnya keinginan. Maka kita harus berbuat lebih baik kepada mereka.

Bila dilain waktu ananda marah kepada ayah-bunda karena tuntutan yang mereka inginkan, tahanlah lisan ayah-bunda untuk berucap. Sentuh ananda dengan penuh kasih dan berikan ruang pemahaman yang baik untuk perasaan besar mereka. Ini disebut pengaturan bersama, yang melibatkan orang tua atau pengasuh untuk menjadi tenang dan emosional. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaturan bersama adalah yang paling efektif untuk menenangkan sistem saraf. Senantiasa hadir bersama anak, di tengah-tengah badai emosi adalah penting. 

Jadi jika lain kali ananda marah, jangan mencoba untuk memperbaiki atau menghentikan air matanya. Ketika ananda kesal, tahan lidah ayah-bunda, tahan ananda, beri ruang untuk emosi. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun