Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menghadapi Kelas yang Brutal dengan Perkelahian? Ikuti Tips Berikut Ini

30 Agustus 2023   16:31 Diperbarui: 30 Agustus 2023   16:41 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah bapak-ibu guru menangani siswa yang sering kali muncul perkelahian dikelas ataupun saling membully satu dengan yang lainnya? Atau ayah-bunda juga di rumah yang harus kewalahan dengan perkelahian antara kakak dan adik yang sebenarnya tidak penting namun bikin ayah-bunda sakit kepala menghadapinya? Nah 6 tips berikut ini ditujukan untuk memberikan solusi bagaimana mengatur dan menangani anak-anak yang frontal dan sering kali ribut / berkelahi. Semoga bermanfaat yaa..

1. Menetapkan Aturan/ Peraturan

Untuk membentuk sebuah keteraturan yang ajeg dan berharmoni, membuat peraturan dan menetapkannya merupakan sebuah solusi terbaik. Dalam menentukan aturan-aturan apa yang sebaiknya ditaati juga ada baiknya untuk mendudukkan anak-anak dan mengajak mereka memberikan ide-ide untuk peraturan kelas ataupun keluarga. Bapak dan ibu guru atau ayah dan bunda dapat menanyakan sesuatu seperti "Peraturan apa yang bisa kita buat agar semua orang bersenang-senang dan merasa aman di keluarga kita?".

Setelah semua menyumbangkan ide-idenya mengenai aturan kelas / rumah, langkah selanjutnya adalah tuliskan ide-ide tersebut dengan rapi (dalam bingkai positif) dan tempelkan di tempat yang dapat dilihat oleh semua orang. Sehingga apabila ada dari mereka yang melakukan kesalahan, maka dapat melihat ke papan/ bingkai aturan yang telah dipajang di dinding. Contoh peraturan yang sederhana antara lain seperti : menjaga tangan sendiri, menggunakan kata-kata yang baik, bertanya sebelum menggunakan sesuatu milik orang lain, meminta bantuan bila diperlukan, dll.

Setiap kali anak-anak bermain dan saling berinteraksi, sering-seringlah merujuk kembali peraturan ini, terutama ketika ayah dan bunda melihat anak ataupun siswa dikelas mulai bermain bersama. Misalnya saat waktu bermain tiba, maka ingatkan kepada mereka, "Apa yang perlu kita ingat tentang cara kita memperlakukan satu sama lain saat bermain?"

Dengan peraturan yang dibuat ini, maka lambat laun mereka mulai memahami bagaimana cara berinteraksi dengan yang lain tanpa menimbulkan keributan. Apabila ditemukan hal-hal baru yang belum ada di dalam peraturan yang telah dibuat pun, ayah-bunda dapat memperbaharuinya kembali atau menambah aturan tersebut. Agar anak-anak lebih bertanggung jawab dan mengerti tentang hak dan kewajibannya.

2. Menangkan diri sebelum melakukan intervensi.

Penting bagi para guru ataupun ayah-bunda di rumah bersikap tenang dan tidak harus langsung memarahi anak-anak. Ini kuncinya! Ingat, sistem saraf anak-anak bergantung pada sistem saraf orang tua ataupun guru untuk membantu mereka "tenang". (Kadang-kadang, ayah-bunda mungkin mendapati diri ayah-bunda merespons anak-anak dengan cara yang sama seperti respons orang tua ayah-bunda terhadap ayah-bunda dahulu di waktu kecil. 

Hal ini tentu masuk akal karena ayah-bunda adalah panutan bagi ananda! Namun hal ini belum tentu efektif dan malah mengulang kesalahan masa lalu terjadi lagi. Luangkan waktu untuk terus memikirkan respons mana yang digunakan orang tua ayah-bunda dan lakukan proses seleksi dalam penerapannya. Mana yang benar-benar membantu dan mana yang tidak. Ini akan membantu bapak dan ibu guru atau ayah-bunda menemukan cara alternatif dan lebih efektif untuk mengatasi persaingan antar saudara dengan anak ayah -- bunda sendiri atau sesama siswa di dalam kelas).

 

3. Pisahkan anak-anak yang agresif secara fisik dan atasi "Masalah" tersebut ketika semua orang sudah tenang.

Jika konfliknya bukan bersifat fisik, maka ayah-bunda / guru boleh menyeru kepada mereka tentang apa yang ayah-bunda lihat tanpa menyalahkan, menghakimi, atau memihak. Misalnya, "Ayah/ibu melihat 2 anak yang sedang kesal dan 1 sepeda. mmmm, Ayah/ ibu bertanya-tanya bagaimana kita bisa mengatasi masalah ini? Ada yang ide?"

Renungkan sudut pandang masing-masing anak dan dukung mereka dalam bertukar pikiran, mendengarkan satu sama lain dengan penuh hormat, dan mencari solusi (yaitu bergiliran, menawarkan pandangan kepada mereka, mencari hal lain untuk dilakukan sambil menunggu, dll.)

 

4. Jika mereka kesulitan mencapai kompromi. Istirahatkan apa yang mereka perebutkan

Ketika ananda / siswa saling berebut mainan yang sama, maka sebaiknya keduanya tidak mendapatkannya. Hal ini supaya memberi kesadaran pada ananda/ siswa bahwa mereka harus bekerja sama untuk menggunakan mainan yang sama. Katakan kepada mereka seperti misalnya, "Sepertinya sulit untuk menemukan solusi saat ini. Tidak apa-apa. Sepedanya akan istirahat saja dahulu dan jika  kalian sudah siap untuk mencoba lagi, beri tahu ibu / ayah ya".

 

5. Jadikan "waktu khusus" 1:1 sebagai prioritas.

Salah satu alasan utama mengapa anak-anak bertengkar adalah untuk mendapatkan perhatian orang tua mereka - di mata mereka, perhatian adalah perhatian dan bagi mereka, perhatian negatif lebih baik daripada tidak sama sekali. 

Untuk memenuhi kebutuhan akan perhatian ini, lakukan yang terbaik untuk memberikan setiap anak setidaknya 10-15 menit perhatian tanpa gangguan, bebas gangguan, dan disengaja, sesuai kebutuhan mereka, setiap hari. Waktu 1:1 ini meningkatkan perasaan hubungan emosional dan secara proaktif mengisi wadahnya dengan perhatian POSITIF sehingga dia tidak perlu bertengkar dengan saudaranya untuk mendapatkan perhatian (negatif) Anda.

Hal ini juga berlaku bagi siswa di kelas. Tentu semua anak memiliki cara untuk merebut perhatian gurunya sesuai dengan cara mereka. Bersikaplah adil dengan memberikan perhatian kepada mereka masing-masing. 

 

6. Memberikan (dan menjadi) teladan.

Anak-anak melakukan apa yang mereka amati. Jika mereka melihat orang tuanya saling membentak, menyalahkan, mempermalukan, mencaci-maki, dll., kemungkinan besar mereka akan melakukan hal yang sama. Dalam pikiran mereka, mereka tidak melakukan kesalahan apa pun. mereka hanya berasumsi begitulah cara kerja hubungan. Pastikan untuk memberikan contoh seperti apa resolusi konflik yang sehat dan komunikasi yang saling menghormati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun