Ketika anak mulai memasuki masa sekolah, baik itu sekolah dasar maupun pendidikan anak usia dini seperti Paud, kelompok bermain dan TK, masih banyak guru dan orang tua yang belum memiliki visi dan misi yang sama tentang menghafal huruf/ alfabet dan kaitannya dengan membaca untuk anak usia dini.
Sebagai pendidik pada anak usia dini, saya sering mendapat pertanyaan seperti ini dari orang tua siswa : "Bagaimana mereka belajar alfabet jika yang mereka lakukan hanyalah bermain?".
Pasti hampir sebagian besar pendidik akan memperoleh pertanyaan yang senada seperti ini. Seakan-akan anak-anak usia dini memang disekolahkan karena supaya dapat membaca sejak dini. Dan itu menjadi target orang tua siswa yang harus dilaksanakan oleh para pendidik pada anak usia dini. Padahal sejatinya anak-anak belajar dengan bermain, dan bermain sambil belajar. Tapi semua itu hanyalah teori jika sumber daya manusia sebagai pengajarnya pun tidak memiliki pemahaman dan kemampuan bagaimana mempraktikkan metode belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar bukan? Lalu bagaimana para pendidik dapat menjawab pertanyaan orang tua siswa seperti ini?
Biasanya saya akan mengembalikan pertanyaan yang diajukan kepada saya dengan mulai menanyakan ini sebagai tanggapan : "menurut ayah-bunda, bagaimana ananda mempelajari alfabet jika yang ananda lakukan hanya mengerjakan  lembar kerja, ayah/ bunda? Apakah menurut Ayah/ bunda ananda dapat menemukan hasil dari pemahaman mereka tentang huruf yang mendukung metode ayah bunda tentang mengafal huruf?"
Tentunya akan terjadi perdebatan panjang tentang hal ini jika guru menanggapi secara kontra. Terlebih budaya kita sekarang lebih banyak yang memilih untuk menyenangkan saja orang tua siswa untuk menghindari perdebatan. Sebuah kondisi yang dilematik sekali. Satu sisi sebagai pendidik tentunya ada keinginan untuk memenuhi kebutuhan anak didik sesuai dengan perkembangan usianya. Sementara dipihak lain, tuntutan lingkungan tidak mendukung demikian.
Tapi tahukah ayah-bunda dan para orang tua semua bahwa sebenarnya untuk menghafal dan memahami alfabet berkaitan dengan cara kerja otak? Memaksimalkan cara kerja otak maka akan dapat mencapai hasil yang maksimal. Namun hal ini rasanya masih sangat jauh dari pemikiran banyak orang tua. Padahal jika memaksimalkan fungsi otak, maka kita dapat berpikir lebih terstruktur. Inilah yang saya pelajari tentang cara kerja otak.
Cara kerja otak manusia biasanya berlangsung saat proses pembelajaran. Pada proses ini, otak menerima rangsangan-rangsangan yang akan diolah oleh otak kita. Jika otak menganggap bahwa apa yang ditangkap itu adalah penting, maka memori itu akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, jika tidak penting, maka rangsangan yang diperoleh hanya akan menyisakan jejak memori yang lemah.
Informasi menempel ketika motivasi intrinsik diaktifkan. Lalu bagaimana kita mengaktifkan motivasi intrinsik? Yaitu dengan cara memberikan waktu kepada anak untuk bermain dan kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri tentang cara bermainnya. Waahh sesederhana itu ya ayah-bunda? Jadi apakah alfabet dan menghafal angka tidak perlu diajarkan kepada anak?
Jawabannya adalah ya dan tidak. Tidak karena sebaiknya mengajarkan alfabet bukan melalui lembar kerja, kartu-kartu atau flash card, dan hafalan. Karena jenis pembelajaran seperti ini untuk orang dewasa, bukan anak-anak. Jenis pembelajaran ini biasanya didorong oleh motivasi ekstrinsik, dan pembelajaran jenis ini dalam jangka panjang terbukti merugikan sikap anak terhadap pembelajaran dan sekolah.
Ya karena: program berbasis permainan mengajarkan alfabet kepada anak-anak melalui lingkungan, perancah, dan motivasi intrinsik. Mereka menyadari pentingnya motivasi intrinsik dalam hal semua pemahaman dan pembelajaran yang BENAR. Pembelajaran yang melekat. Saat menggunakan kekuatan penemuan, keingintahuan, dan keingintahuan di lingkungan kelas, maka seorang anak akan mempelajari huruf-huruf mereka di garis waktu mereka sendiri. Jika memungkinkan, anak akan belajar huruf dengan mudah dan pengetahuannya akan melekat. Dan ini akan jauh lebih bermanfaat dan memberikan hasil yang maksimal kepada anak.Â
Jadi mulailah memberi stimulus dan rangsangan kepada anak usia dini dalam mengenal angka dan huruf melalui lagu-lagu yang ceria, menulis di pasir mengikuti pola untuk membangun saraf perasa dan menguatkan motoriknya, bermain pasar-pasaran dan menghitung jumlah sayuran/ buah, bermain tebak-tebakan untuk memancing oral dan pengucapan anak serta masih banyak lagi yang lainnya sebelum merangsang mereka untuk benar-benar mengenali angka dan huruf melalui lembar kerja.
 Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H