Alih-alih menghukum, kita dapat mencontohkan, memfasilitasi, mendorong, mengundang, dan membimbing keterampilan yang ingin kita ajarkan.
Untuk melakukan ini, kita harus membangun kepercayaan dan keamanan relasional, koneksi, dan membangun kotak peralatan keterampilan dan strategi kita.
"Duduk/ time out" adalah contoh yang bagus tentang bagaimana "hukuman" tradisional dapat diubah dan digunakan untuk menciptakan keamanan, koneksi, dan membangun keterampilan. Duduk/ time out bisa menjadi kesempatan bagi orang dewasa untuk membantu anak mengatur.
Duduk /Â time out bisa menjadi kesempatan untuk menghubungkan dan memperkuat hubungan sehingga kita memperkuat pengaruh kita. Duduk bisa menjadi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang harus dilakukan secara berbeda di waktu lain/ lain kali, membuat rencana dan/atau perbaikan.
 Menghukum anak bukan tentang hukumannya saja, melainkan juga tentang bagaimana mereka mengakui perilakunya yang baik. Penting untuk menerapkan konsistensi hukuman dari perilaku anak. Sebagai guru dan orang tua saya lebih senang untuk secara intensif menentukan beberapa aturan yang harus saya dan anak/ siswa diskusikan terlebih dahulu, seperti misalnya jam bermain, lamanya penggunaan handphone atau menonton TV dan sebagainya. Buatlah selalu negosiasi yang baik tentang pengaturan keseharian anak dan siswa.
Jangan lupa untuk juga membahas mengapa ia melanggar aturan yang telah dibuat dan bagaimana seharusnya ia bersikap. Sikap yang tegas juga sangat diperlakukan ketika pelanggaran muncul untuk membuktikan kepada mereka apa yang disebut dengan konsekuensi sehingga kepatuhan akan bisa tercipta.Â
Â
Semoga bermanfaat ya !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H