Mohon tunggu...
Yuni Astuti
Yuni Astuti Mohon Tunggu... Perawat - Perawat, sedang belajar merawat hati anak dan keluarga

sedang belajar menulis, ibu dari 4 orang anak, perawat, yun.astuti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Minyak Jelantah, Alat Bayar Cek Kesehatan di Kabupaten Blora

20 Juni 2024   18:13 Diperbarui: 24 Juni 2024   08:04 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa tim Jelantah Sister sedang melakukan pemeriksaan kadar gula darah di Lapangan Kridosono Blora (sumber: Jelantah Sister)

Kegiatan memasak yang dilakukan oleh sebagian besar ibu di Indonesia tidak bisa jauh dari kegiatan menggoreng, baik menggoreng lauk ataupun menggoreng semacam jenis jajanan tertentu. Setiap aktivitas menggoreng, akan ada sisa minyak bekas pakai atau yang biasa kita kenal dengan minyak jelantah.

Biasanya minyak jelantah digunakan lagi untuk menggoreng makanan, tidak hanya sekali, tetapi bisa beberapa kali dan mungkin bisa lebih dari tiga kali menggoreng.

Minyak goreng bekas yang dipakai beberapa kali mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang dapat memicu munculnya kanker karena jika minyak dipanaskan akan berubah sifat menjadi zat karsinogenik.

Oleh karena itu, mengkonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak jelantah secara berlebihan bisa menyebabkan munculnya penyakit tidak menular. Beberapa penyakit yang berpotensi muncul oleh karena seringnya mengkonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak jelantah antara lain adalah, gangguan fungsi ginjal, stroke dan hipertensi.

Selain digunakan untuk beberapa kali menggoreng, sisa minyak goreng atau jelantah biasanya dibuang sembarangan terutama pada saat mencuci peralatan memasak dan tindakan ini bisa menyebabkan pencemaran tanah dan mencemari air.

Menurut data dari Jelantah4Change penghasil minyak jelantah terbesar adalah berasal dari rumah tangga (91%) dibandingkan dari hotel dan restoran (6,5%), warung makanan atau kantin, dll hanya sekitar 2,5%. Rata-rata produksi minyak jelantah dari setiap rumah tangga adalah sekitar 1,7 liter per bulan atau sekitar 55 ml per hari. 

Selama ini masih banyak masyarakat yang membuang begitu saja limbah minyak jelantahnya, atau memberikan kepada orang lain. Sementara minyak jelantah yang dibuang di saluran air akan membuat saluran air menjadi mampet dan bisa mencemari tanah dan air. Bahkan ada beberapa oknum yang mengolah jelantah dengan cara menyaring atau destilasi sehingga menjadi minyak goreng baru yang lebih bening. Justru ini yang membahayakan kesehatan, karena meskipun secara fisik minyak berubah berwarna bening minyak jelantah ini secara kimiawi banyak mengandung radikal bebas.

Akan tetapi, meskipun minyak jelantah memberikan dampak kurang bagus terhadap kesehatan dan lingkungan, minyak jelantah bisa diolah menjadi barang yang lebih bermanfaat dan memberikan nilai ekonomis. Misalnya dibuat menjadi sabun cuci, lilin dan biodiesel.

Di Kabupaten Blora ada satu komunitas yang bergerak di bidang sosial-kesehatan. Komunitas ini menamakan diri Jelantah Sister. Disebut Jelantah Sister, karena anggotanya semuanya perempuan dan berasal dari berbagai profesi. Ada yang berprofesi sebagai dokter umum, perawat, ahli gizi (dietizen), ibu rumah tangga dan mahasiswa. 

Jelantah Sister ini merupakan bagian dari gerakan Jelantah4Change yang mempunyai misi memberikan edukasi tentang dampak minyak jelantah terhadap kesehatan dan lingkungan, serta mengolah minyak jelantah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.

Relawan jelantah4Change ini sudah tersebar ke beberapa kota yang ada di Indonesia. Sementara yang ada di Blora relawan lebih fokus ke bidang kesehatan, yaitu deteksi dini dan pencegahan penyakit tidak menular.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun