Gak mungkin ada orang yang tidak pernah curhat. Meskipun jarang sekali atau hanya sekali dalam hidupnya,pernah curhat. Tapi pada siapa dan siapa orang yang tepat tempat kita curhat,itu yang harus dicermati.
Idealisnya,sebagai seorang muslim,kita hanya curhat terhadap Allah dan jaminannya adalah kita akan mendapatkan jawaban yang tepat baik secara langsung ataupun tidak langsung. Tapi,sebagai manusia yang mempunyai nafsu,ketidaksabaran dan limitasi,kita curhat terhadap orang yang biasanya kita panggil dengan sebutan "teman" atau "sahabat",karena terhadap orang tua ada rasa segan dan malu.
Dari sekian teman atau sahabat,aku selalu pilih-pilih,ke teman mana yg bisa dicurhati mengenai keuangan,pribadi atau pekerjaan,jadi tidak pernah aku bebankan ke satu orang,karena pemikiran dan pandangan teman terhadap sesuatu itu berbeda-beda.
Tapi,bercermin dari kejadian yang menimpa teman kantorku,aku jadi sadar tidak boleh curhat atau menerima curhatan sembarangan...!!! Dikisahkan D,dia bekerja sebagai administrasi produksi karena hanya keluaran SMP. Kehidupan pernikahannya tidak begitu menguntungkan,dia sudah janda 2 kali. Suatu hari,ketika kita istirahat makan siang,seperti biasa kita ngobrol ngalor ngidul,ada yang curhat mengenai renovasi rumahnya lah,mertua lah,sampai pada akhirnya D bergabung karena dia menawarkan dagangan sendalnya.
Terlibatlah dia dengan perkacapan kami mengenai pernikahan. Sampai pada akhirnya,dia curhat mengenai pernikahannya. Setelah 2 kali menjanda,hidupnya selalu merasa kekurangan,baik materi maupun hal lain (entahlah...). Dan curhatan mengenai kekurangannya itu dia curahkan sama sahabatnya sendiri. Karena sahabatnya menganggap D bagian dari hidupnya,dia membiarkannya curhat dengan suaminya. Dan itu berlangsung lama tanpa sepengetahuan sahabatnya.
Kami mendengarkan dengan antusias,ingin tahu endingnya seperti apa. Ternyata curhatan menelurkan "rasa"........... Rasa penasaran,rasa sayang,rasa coba-coba... Yang akhirnya terjadilah "sesuatu" diantara mereka (persis seperti kata Syahrini). Seperti kebanyakan selebritis kalau menghindari pertanyaan hamil sebelum menikah,si D mengatakan kalau akhirnya mereka kawin siri sebelumnya tanpa sepengetahuan istrinya! Sungguh ironis... Penyalahgunaan kepercayaan.
Akhirnya kami menyalahkan si D,yang sudah tega menodai persahabatan,pernikahan,dsb,dst,dll,etc... D pun tidak membela diri,dia mengakui kalau memang tumbuh rasa cinta antara dia dan dirinya. Cinta apa nafsu?? Si D pun merasa laki-laki itu membutuhkan dirinya karena suasana pernikahn yang tidak harmonis (padahal biasanya cuma akal-akalan laki-laki,maaf...).
Sepintar-pintarnya menyembunyikan bangkai,ya,tercium juga... Setelah berlangsung beberapa bulan,akhirnya istri tua melabrak si D,keributan itu terjadi... Yang pada akhirnya mereka berhenti setelah suami mereka mengeluarkan ancaman : "aku akan menceraikan kalian berdua kalau kalian tidak akur"....!!!
Sampai sekarang,kehidupannya malah aneh dan ribet. Silaturahmi terputus dengan sahabat sendiri,finansial terbagi, cinta pun terbagi.. Yang diuntungkan siapa?
Jadi,kesimpulannya adalah,jangan pernah biarkan seseorang atau orang lain hadir dalam kehidupan kita,jangan pernah curhat atau menerima curhatan dari istri atau suami orang lain (kecuali anda seorang terapis),sekalipun dari sahabat sendiri,jangan bermain dengan perasaan dan rasa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H