Mohon tunggu...
Am Arhat
Am Arhat Mohon Tunggu... Editor - Penikmat Buku

Penikmat kopi, politik dan buku.. sulawesi24.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Negative dan Black Campaign (1); Serupa tapi Tak Sama

4 Oktober 2016   12:41 Diperbarui: 4 Oktober 2016   12:53 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Black Campaign istilah yang tak asing dikalangan masyarakat, namanya setenar dengan kambing hitam, provokator yang sering disebut-sebut diberbagai media, diulas, dicari dan dicaci. Black Campaign kian popular ditengah transisi berdemokrasi, kebebasan informasi membuat setiap orang dapat mengakses dengan mudah berbagai fakta dan gossip berseliwerang disekitar kita. Mulai dari gossip para artis hingga kehidupan miring para pejabat dan pemimpin negeri ini. Kehidupan pribadi, dan kebijakan siap diulas baik secara negetif-positif untuk disajikan kepublik.

Setelah keterbukaan informasi bergelinding bak bola salju, dan sering terbukanya akses informasi dimana informasi yang diterima publik tak lagi harus melewati sensor Negara atau ancaman pencekalan bagi media. Sontak media rame-rame mempublikasi kejahatan para pejabat, mulai dari korupsi, KKN, skandal pribadi, menghiasi pers selama satu decade terakhir. Para politisi tak lagi malu-malu melemparkan kritik terhadap lawan poliiknya, pers degan terbuka mempublikasi berbagai isu yang menyangkut kebijakan publik. Mahasiswa pun tiap hari mewarnai jalanan menuntut perubahan, atau memprotes kesewenang-wenagan

Reaksi para pejabat yang sebagian besar lahir dan dibesarkan dalam rahi Orde Baru sebagian belum mampu mengadaptasikan diri dalam alam reformasi yang menuntut perubahan dan tradisi baru politik dan kebebasan informasi. Maka tak heran jika ada pejabat seolah-olah menjadi korban politik balck campaign, padahal sebetulnya media mempublikasi sisi negatif dirinya kemudian lalu dianggap sebagai upaya Black Campaign. Tindakan paling klise kemudian tuntutan hukum pencemaran nama baik yang dilayangkan.  

Lebih-lebih  lagi jika kritik selalu dipersepsikan sebagai upaya penunggangan oleh pihak ketiga yang ingin menghancurkan karir politiknya. Persepsi itu kemudian terpelihara dan menjadi momok ketiga dipublikasi di media. Black Campaign menjadi penyebaranya samar ditengah perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih memungkinkan setiap pihak dengan mudah melempar tuduhan yang kadang tak berbasiskan bukti yang yang bisa dipertanggung jawabkan. Teknologi infomarsi yang begitu maju, memungkin setiap orang mempublikasikan pendapat dan gagasan di media di jejaring sosial seperti facebook, twitter, blog dll.

Lebih parah lagi jika kemudian istilah Balck campaign dicampur baurkan dengan negatif campaign. Kampanye negatif dan hitam lalu disamaratakan seolah-olah kedua istilah itu kemudian sama. Maka tak heran, banyak orang gagal memahami perbedaan Negative dan Black Campaing, terkesan  kampanye negatif dengan kampanye hitam sama, terkadang kampanye negatif dianggap sebagai tindakan yang menyalahi etika politik

Keduannya dianggap sebagai saudara kembar yang lahir dari rahim demokrasi langsung. Negative Campaign (NC) dan  Black Campaign (BC) terkesan mirip secara sekilas karena memiliki target yang sama menurunkan dukungan terhadapa saingan politik atau menyerang competitor untuk menjauhkan dukungan publik.

Penyelenggara Pemilu juga sering masih menyemaratakan antar negative campaign dan black campaign, bahkan dikalangan bloger/penulis sendiri sebagian masih menyamaratakan istilah negatif dan black campaign, seringkali kita jumpai tulisan “negative campaign atau black campaign”. Simpan siur soal kedua peristilahan itu kemudian menjadikan aksi kampanye negatif dan kampanye hitam kemudian lebih banyak disebarkan secar sembunyi-sembunyi, baik lewat selebaran, poster dan bentuk kampanye lainya seperti di dunia maya.

Lalu apa yang dimaksud dengan kampanye negatif dan kampanye hitam. Menurut Wikipedia (versi bahasa Inggris), kampanye negatif adalah usaha memenangkan pemilu dengan mengedepankan aspek negatif dari lawan, bukan mengedepankan sisi positif dari dirinya sendiri. Sementara, Menurut Cleveland Ferguson, iklan kampanye negatif merupakan upaya persuasive untuk menyerang kekuatan lawan dan kelemahan yang dimiliki lawan dengan bukti-bukti. Contohnya misalnya, Sri Mulyani dikatakan terlibat dalam kasus Century sesuai hasil pansus DPR bersama Budiono

Sementara Black Campaign menurut Bara hasibuan, black campaign upaya menyarang dengan menyebar gossip, fitanah dan sejenisnya yang tidak memiliki data/bukti yang dipertanggung jawabkan. Kampanye hitam didaptkan berdasarkan rumor tanpa investigasi, penelitian yang seksama maka kampanye hitam lebih subur dibanding kamapnaye negatif dalam praktek transisi demokrasi di Indonesia. Secara umum perbedaan negative campaign dan black campaign, terletak pada data dan fakta. jika NC  berdasarkan fakta, sementara BC justru sebaliknya, maka negative campaign menyehatkan demokrasi dan dibutuhkan publik.

Black Campaign walau memiliki kesamaan tujuan menjatuhkan lawan politik, tetapi selama kamapanye hitam itu tak berdasarkan bukti autentik maka dapat dikategorikan sebagai kampanye hitam alias percobaan fitnah. Jika kampanye negatif menyerang aspek negatif dari personal lawan maka kampampnye hitam justru sebaliknya, tak memiliki bukti untuk menelanjangi lawan. Maka dapat disimpulkan bahwa kampanye hitam menjadi racun dalam demokrasi, karena isu ini disebarkan tanpa pertangung jawab yang kongkrit. Black campaign dimanapun menjadi musuh demokrasi karena cendrung mengarah pada fitnah, dan pembunuhan karakter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun