PPP adalah satu partai tua warisan Orde Baru yang berbasis massa tradisional Islam yang disokong oleh kiai sepuh, hidup matinya PPP bukan pada kemampuan PPP mengorganisir  diri, tetapi basis PPP terletak pada kiai sepuh yang memiliki pengaruh pada jamaah.  Jika Jam’iyah (organisasi) PPP tidak sejalan dengan alim ulama yang telah berkontribusi besar sebagai vote getter partai, bisa jadi akan ditinggalkan satu persatu oleh konsituen. Citra partai yang bertagline "rumah besar ummat islam" itu sangat melekat sebagai partai tradisional islam, berbeda dengan PKS yang dikenal sebagai partai kader yang dikelola secara modern tidak terpatron pada tokoh dalam menggalang suara
Bagaimana sikap ulama sepuh terhadap  Pilkada DKI, mayoritas  menyerukan partai ini  tidak mendukung ahok karena bertentangan dengan asas  dan arah perjuangan sebagai partai berasaskan Islam. Ahok juga kerap dianggap berbeda pendapat dengan aspirasi ummat terkait penggusuran luar batang, isu larangan kurban di sekolah, takbiran  dan berbagai kebijakan lainya
Pilihan Romy untuk mendukung Agus adalah aspirasi kader dan alim ulama. Pertimbangan ini memaksa Romy mengambil pilihan berkoalisi mengusung Agus-Sylvy, meski disebutkan beberapa media bahwa Jokowi pernah meminta Romy dan Cak Imin  mendukung Ahok sebagai Gubernur Jakarta, tapi kedua partai yang berbasi massa islam ini menolak tawaran Jokowi karena mereka harus mendegar konsituen yang telah membesarkan partai. Merka tidak mau melakukan bunuh diri politik, bisa saja Romy dan Cak Imin mendukung ahok dengan berbagai pertimbangan, tapi akan melabrak pakem sebagai partai berbasis massa Islam
Jika kemudian tersiar kabar bahwa kubu Djan Faridz merapat pada kubu Ahok-Dajarot, ini lagi-lagi kejutan dan tentunya menyentak ummat. Bagaimana bisa PPP yang dikenal bersebrangan dengan Ahok utamanya Ketum PPP DKI Haji lulung mendukung Ahok. Lalu bagaimana sikap Lulung terkait merapatnya PPP djan faridz ke kubu Ahok, dalam pemberitaan detik.com lulung menolak dukungan ke Ahoh bahkan mengancam keluar dari PPP, lulung tetap pada pilihan PPP Romy bersama Agus-Sylvi
Jika PPP Djan Faridz mendukung Ahok bisa jadi ini dilakukan semata-mata berburu legalitas dari pemerintah. Meskipun kubu Romy pernah mendaptkan tawaran serupa oleh presiden Jokowi terkait dualitas PPP dan Pilkada DKI (RMOL). Jika pilihan romy pada Agus-Sylvy berdsarkan aspirasi  kader dan ijtihad para alim ulama, sementara Djan Faridz rela mengorbankan suara ulama dan kader demi berburu legalitas partai. Sikap politik ini akan menjadi pertaruhan besar bagi PPP Djan Faridz, maju dan mundurnya partai bukan terletak pada jam’iyah tapi pada jamaah yg moyaritas tidak menginginkan Ahok
Counter isu non muslim
Kubu Ahok butuh sosok yang bisa berkomunikasi ke ummat terkait isu non muslim, meski ahok telah mencoba beberapa kali menyodorkan beberpa tokoh yang berbicara pada publik semacam Nusron Wahid sebagai ketum Ansor. Nusron Wahid meskipun posisinya adalah pucuk di Ansor tapi tidak memiliki penerimaan yang baik pada publik, pernyataan nusron bahwa ahok didukung oleh NU dibantah tegas oleh pengurus PB NU dan ketua MUI KH. Ma’ruf amin. Nusron sering dipersepsikan sebagai aktivis Islam liberl, kemampuanya untuk meyakinkan jamaah NU dianggap lemah sehingga terpental sebagai ketua tim Ahok
Kedatangan PPP Djan Faridz diharapkan bisa menetralisir anasir anti Ahok, sayangnya ia bukan berasal dari kalangan santri. Djan tidak memiliki latar belakan pesantren sebagai basis PPP. Berbeda macam surya Darma Ali memiliki legitimasi yang kuat pada ummat, Djan Farid bisa dikata tidak besar di PPP seperti Romy. Djan masuk dalam kepengurusan pada partai ka’bah oleh tangan Surya Darma Ali yang butuh dukungan pengusaha.
Manuver Ahok Hanya membawa gerbong kosong, akan banyak penolakan dari arus bawah partai berlamabang ka’bah itu, tentunya akan menambah polemik terkait sikap PPP Djan Faridz. Secara dukungan suara mungkin tidak akan mempengaruhi elektabilitas Ahok, tapi posisi Djan Farid sedikit menetralisir isu agama yang dilontarkan pada pasangan Ahok Djarot. Jika dilihat pada peta dukungan partai, pejawat hanya didukung oleh mayoritas partai nasionalis minum partai islam, masuknya rival Romy itu sedikit memberi warna bagi petahan meskipun pengaruhnya tidak signifikan. Sekali lagi ini pertaruhan besar dan bisa jadi sebagai bunuh diri politik mengorbankan ummat untuk mendapatkan legalitas partai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H