Mohon tunggu...
Noe Groho
Noe Groho Mohon Tunggu... -

Hidup penuh cinta maka warnailah hidup ini dengan menyelaminya perlahan masuk lebih dalam lalu jangan melarikan diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tukang Catut naik pangkat

17 November 2015   12:23 Diperbarui: 17 November 2015   12:33 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dirumah ku benda itu disebut Catut tapi jika di proyek konstruksi sering pula disebut gegep, benda ini sangatlah berguna karena selain bisa digunakan untuk memelintir kawat bisa juga untuk mencabut paku, oleh sebab itu benda ini ada disepanjang jaman dan menjadikan inspirasi banyakorang untuk meniru cara kerjanya.

Ditahun tahun setelah kemerdekaan sampai akhir tahun tujuhpuluhan banyak orang menirukan cara benda ini, terlebih di gedung bioskop seperti di Gedung Bioskop Megaria Jakarta, jika gambarposter besar didepan gedung bioskop terpampang gambar bintang papan atas holywood dengan kecantikan dan gaya panasnya, sudah dapat dipastikan antrian karcis banyak didominasi oleh tukang catut,

mereka akan mengatur antrian sampai menjual karcis diluar loket, tentunya dengan harga diatas harga resmi loket, buatyang hobbi nonton ataupun sedang pacaran maka kehabisan tiket adalah hal yang memalukan sehingga terpaksalah membeli di tukang catut persis seperti lagi bing slamet "nonton bioskop" .

Tukang catut juga akan meraja lela beroperasi di stasiun kereta api seperti di Gambir ataupun PasarSenen terutama dimasa liburan ataupun hari raya, berpraktek sama seperti menjual karcis diatas harga resmi, dan berlakukan hukum saling membutuhkan.

Pada masa itu stigma Tukang catut adalah rendahan dan sangat dijauhi oleh calon mertua, biasanya penampilan mereka lebih necis dari penampilan penonton asli, rambut kelimis berpomade, kerah baju tinggi, kancing kemeja depan dibuka satu, kemeja lengan panjang, berikat pinggang, celana panjang ketat, sepatu hitam mengkilat atau putih bersih, aksen bahasa sangat rapih dan gaya perayu yang totalitas, sehingga apabila ada pemuda berdandan seperti ini berkunjung kerumah pacarnya, sudah hampir pasti orang tua gadis akan menanyakan keanaknya apakah teman prianya berprofesi sebagai tukang catut.

Beruntunglah benda yang dinamakan catut itu sekarang fungsinya sedang naik pamor, walaupun bentuknya tidak berubah dan penampilan penggunanya tetap sama necisnya tetapi cara kerja yang digunakan naik kelevel yang lebih tinggi dan tidak tanggung-tanggung, jika dulu untuk mencatut karcis bioskop atau kereta api sekarang konon digunakan mencatut presiden yang notabene jabatan tertinggi dinegeri ini dan identik dengan negara.

Semoga para calon mertua akan berpikir ulang untuk membuat stigma tukang catut itu rendahan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun