Desaklah aku untuk buatmu berpeluh walau batu menindih ragaku menarilah liukkan siluetmu walau birahiku enggan meronta biasakanlah itu duhai perempuanku agar 'ku sadar dari kembaraku yang liar, titisan dendam... dan kau alpa mengetahuinya jua 'ku lihai menguncinya tujuh lapis tujuh di bilikku yang tiada pernah kau kubiarkan menjadi "jaka tarub terhadap bidadari khayangan" aku itu lihai...duhai perempuanku maka kumohon: desaklah aku buatmu berpeluh walau bibirku bisu bergurau menyanyilah dengan jiwamu dari sudut perapian kita dengan lembut tanpa memekak seperti yang kusuka- kaupun tahu itu- biarkan aku berjinjit menghampirimu seperti pencuri karena nyanyianmu lamat lamat laksana perawan di tengah hutan kau tahu aku suka itu... kumohon....duhai perempuanku pasung saja aku! dengan jimat cintamu biar 'ku belajar mengerti tentang rusuk yang hilang tentang sebentuk daun keladi yang kau sajikan dengan ketulusan biar ku damai meniti hari bersamamu di jalan setapak rintisan kita menuju pardis impian perempuanku... berkemaslah sigap bawa serta buah hati kita, sebelum matahari meninggi... (medan 230711)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H