Mohon tunggu...
nodnod
nodnod Mohon Tunggu... Lainnya - Pengarang

Ada hal yang tak akan ku menyerah untuknya yaitu menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suara dibawah lampu kota

13 Januari 2025   08:40 Diperbarui: 13 Januari 2025   08:40 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suara murai di antara panggung beraspal
Menyamar serak hingga tersisa nafas merengap.
Tangan kecilnya bertumpu pada senyuman
Mengitari yang beratur memalingkan wajah.

Pilu---keringat-keringat yang lahir darinya
Hanya setakar dengan koin-koin perak.
Kaki bertelanjang, bercumbu dengan sengat aspal,
Hanya dibayar dengan tumpukan luka baru yang lapar.

Hujan dimatanya telah sampai pada malam
Namun sayang malam tiada menjanjikan pelangi,
Dan ia datang padaku meminta cahaya
Namun aku terlalu redup untuk bisa mengupas lukanya.

Aku serupa negeriku yang kehilangan suara
Bersaksi dan menangis tanpa air jatuh dari mata,
Mendengar suara-suara pinggiran yang lebih menyayat dari pelafalan mantra.

Maafkan--- negriku tidak berhasrat hendak tak berkabar.
Dia pun lelah dihisapi lintah yang tabah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun