Bagi anak kos, cobaan hidup selalu datang tatkala tanggal tua. Kantong sudah kempas-kempis, tapi kebutuhan enggak habis-habis. Mau telepon orangtua rasanya sungkan, pinjam uang teman, eh, sudah kebanyakan utang.
Untung saja anak kos, khususnya mahasiswa, punya jurus ninja bernama sistem kebut semalam. Semakin kepepet, ruang kreativitas malah kian melebar. Untuk mengakali kekeringan dompet, mau tidak mau anak kos terpaksa memutar otak.
Begitu pula saat memilah menu berbuka. Jika tidak pintar-pintar mencari menu dengan harga miring, alamat kantong bisa jebol. Demi menekan pengeluaran, tidak jarang anak kos dituntut pandai memasak.
Yah, tidak perlu pandai-pandai banget, sih. Cukup tahu cara kerja kompor gas dan fungsi wajan atau penggorengan sebenarnya sudah cukup. Karena dengan begitu, anak kos bisa memasak menu sederhana yang pas di tanggal tua.
Dulu, tepatnya enam belas tahun lalu, saat masih menjadi anak kos, jurus memasak makanan berbuka acapkali saya praktikkan. Alasannya, ya, apalagi kalau bukan kepepet keadaan.
Waktu tanggal muda, sih, enak. Dompet masih tebal. Kita bisa memilih menu berbuka yang paling disuka. Sebut saja es buah, kurma, ayam penyet, hingga gorengan berupa-rupa.
Tatkala tanggal tua, jangan hasrat makan enak-enak mesti dipendam. Harus berbagi dengan kebutuhan lain macam biaya bensin dan fotokopi buku catatan. Untung saja ada seorang kawan yang berbaik hati mengajari saya cara memasak.
Katanya, memasak sendiri jauh lebih hemat. Cukup beli bahan-bahan seperlunya, perut bisa kenyang tanpa perlu mengandalkan abang-abang warung pinggir jalan. Berkat sarannya, akhirnya kami patungan beli beras untuk persediaan di tanggal tua.
Menu yang jadi favorit kami kala itu adalah nasi gila. Selain gampang dibuat, nasi gila punya ruang kreasi yang tidak terbatas. Kita bisa menambahkan hampir apa saja ke dalam masakan.