Bagi sebagian orang, baju Lebaran tak ubahnya kewajiban. Rasa-rasanya kurang afdal jika tidak mengenakan setelan anyar saat merayakan Hari Kemenangan. Rupa-rupanya kurang sah bila tidak berbusana baru tatkala mudik ke kampung halaman.
***
Pernyataan itu saya tulis bukan tanpa alasan. Survei Databoks membuktikan, faktanya aktivitas belanja daring naik tajam jelang Hari Raya. Sepanjang pekan ke-3 Ramadan, jenis barang yang dibeli konsumen bisa diduga. Ya, apalagi kalau bukan busana.
Kebiasaan membeli baju baru jelang Lebaran, sejak dulu, memang sudah mengakar kuat, jika tidak mau dibilang membudaya. Apalagi sejak 1951, sudah ada yang namanya tradisi Tunjangan Hari Raya (THR) di negeri kita.
Seperti kata pepatah, di mana ada uang, di situ ada kulakan.
Ketika bonus yang dinanti-nantikan sudah cair, hasrat konsumen untuk berbelanja kian memuncak. Sudah begitu, ditambah pula dengan deretan iklan dan semburan promo menggiurkan yang banyak ditebar pedagang demi menjaring cuan.
Jika boleh jujur, perilaku kita memang seperti itu adanya. Kata riset Dataindonesia.id, hampir separuh orang Indonesia memutuskan belanja ketika ingin merayakan sesuatu atau menghadiri acara tertentu.
Idulfitri sendiri, adalah hari raya umat muslim. Nabi Muhammad mengajarkan umatnya untuk mengenakan pakaian terbaik saat Hari Raya. Nabi memilih pakaian yang paling bagus, dan dipakai secara khusus saat merayakan Idulfitri dan Iduladha.
Perilaku Nabi itu tertuang dalam buku Ahkamu Al’ Iidaini Fii Al Sunnah Al Muthahharah. Dari sana, kita bisa mengambil kesimpulan. Kenakanlah pakaian “terbaikmu” saat Hari Raya.