Ramadan 2023 tiba. Selalu ada hal menarik yang bisa kita pelajari dari kisah Ramadan di berbagai penjuru dunia. Aktivitas ibadahnya memang serupa---sama-sama berpuasa dan mendirikan salat malam. Akan tetapi, budaya dan suasana yang menghiasinya boleh jadi berbeda.
Di Indonesia, semarak Ramadan senantiasa menggema ke seluruh pelosok negeri. Genderang beduk sahut-menyahut setiap kali azan Magrib berkumandang. Derap langkah jamaah salat tarawih menghiasi malam demi malam pada Bulan Suci. Tidak ketinggalan, teriakan anak-anak dan pemuda masjid memecah kesunyian malam saban waktu sahur tiba.
Puncaknya, mudik ke kampung halaman dan bersilaturahmi dengan sanak famili menjadi budaya yang tidak bisa dilepaskan ketika merayakan Idulfitri. Inilah suasana Ramadan yang lazim kita rasakan di Nusantara.
Yang menarik, keindahan Ramadan tidak hanya dirasakan oleh umat muslim saja, tetapi juga oleh seluruh rakyat Indonesia. Contoh sederhananya bisa kita temukan pada saat halalbihalal. Saling memaafkan pasca Ramadan, tanpa memandang latar belakang agama, adalah salah satu nilai luhur yang dimiliki Indonesia.
Lantas, bagaimana dengan rakyat Indonesia yang berada di luar negeri? Terutama mereka yang tinggal di negara yang mayoritas penduduknya nonmuslim. Di Amerika, misalnya. Apakah mereka merasakan kegembiraan yang sama?
Meskipun saya belum pernah melewatkan Ramadan di Amerika, saya berani menduga bahwa tantangan berpuasa di sana tidaklah serupa. Saya beri contoh sederhana. Di Amerika, kita tidak bisa menemukan penjaja takjil di pinggir jalan setiap kali beduk Magrib akan berkumandang. Benar, kan?
Kendatipun demikian, bagi Pemerintah Amerika Serikat, ternyata bulan Ramadan cukup menarik perhatian. Sebagai bukti, Pemerintah AS sampai-sampai mengeluarkan presidential message berkenaan dengan bulan suci Ramadan.
Melalui laman resmi Gedung Putih, Pemerintah AS mendoakan agar umat muslim di Amerika dapat melaksanakan ibadah Ramadan dengan baik. Tidak lupa, mereka juga berharap agar semangat Ramadan bisa mempererat tali persaudaraan antarpenduduk agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang lebih harmonis.
Tidak berhenti sampai di sana, Pemerintah AS juga kerap menyelenggarakan acara buka puasa bersama di Gedung Putih. Berbagai komunitas muslim Amerika turut hadir untuk menikmati jamuan makan malam di sana.
Pemerintah AS menjamin bahwa setiap penduduk di Amerika, baik muslim maupun nonmuslim, pendatang maupun lokal, memiliki hak yang sama untuk bisa beribadah dengan aman dan damai. Ia juga berharap agar semangat Ramadan dapat menjadi jalan terciptanya kerukunan antarkomunitas di Amerika.