Percuma saja kamu berpura-pura sudah melupakannya. Ingatanmu tentang Sang Mantan pasti sekuat memorimu bermain bola saat masih ingusan dahulu. Cerita tentang Si Dia, baik yang manis maupun yang pahit, akan menjadi kerangka sosokmu yang sekarang. Itu tidak bisa dimungkiri, ataupun ditawar-tawar lagi.
Oleh karena itu, kuncinya bukan melupakan, tetapi berdamai dengan pikiran. Buat apa mengenang memori derita? Ingat yang baik-baiknya saja.
Faktanya, toh, kalian pernah jadian. Artinya, kamu dan dia di masa lalu pernah bersatu, bersama memadu kasih, berbalas-balas pujian, bercanda tawa, bersikeras membuat nama panggilan sayang, atau bersandar di bahu dan pangkuan. Yang jelas, kalian pernah saling menyayangi. Titik.
Nikmati saja ingatan itu. Ingatan-ingatan indah saat masih bersama dahulu. Ingatan-ingatan yang membuatmu tertawa ketika memutar kembali memori tempo dulu. Bukan ingatan terakhir sesaat sebelum kalian putus cinta. Jangan!
Apa salahnya mengingat mantan kalau itu bisa membuatmu senang? Apa salahnya mengenang mantan kalau itu bisa membuatmu tertawa riang?
Hanya saja, kamu juga perlu tahu jurus menahan diri. Supaya ketika teringat Sang Mantan, kamu tidak jadi baper lantas buru-buru stalking Instagram. Kalau rindu tak tertahan, bisa-bisa kamu tebar pesan pancingan, "Eh, kamu apa kabar?"
Kalau dia masih sendirian, mungkin tidak apa-apa. Yang jadi masalah kalau dia sudah ada yang punya. Keisenganmu hanya akan memperkeruh kisah cinta atau rumah tangga mereka berdua.
Jadi, berdamailah dengan diri sendiri. Pahamilah bahwa mantan tidak akan menjadi racun bilamana dikurung dalam ingatanmu saja. Jangan sampai jatuh ke hati lantas ingin mengulang kembali kisah lama yang masih belum tuntas.
Sejujurnya, mengenang mantan itu menyenangkan. Momen indah bila dikenang akan membangkitkan semangat dan menjaga mood tetap senang. Tapi ingat, ini hanya mengenang, ya! Bukan cari-cari alasan atau modus untuk berhubungan kembali.
Sebab seharusnya kamu ikut bahagia ketika melihat dia telah bahagia di sana. Bukan malah megap-megap laksana cacing kepanasan. Kalau, toh, bukan kamu yang akhirnya berada dalam pelukannya, setidaknya Tuhan pernah memberikan waktu bagi kalian berdua untuk saling bersama.
Alasan itu sudah cukup untuk membuatmu berdamai dengan pikiran. Bila dia terus bersamamu, mungkin kalian atau salah seorang dari kalian berdua tidak akan hidup bahagia. Sebab percayalah, jodoh sudah ditentukan Tuhan jauh-jauh hari sebelum dunia diciptakan.