Mohon tunggu...
idnobody
idnobody Mohon Tunggu... -

Belajar menulis menurut saya menyenangkan, banyak hal yang bisa disampaikan dengan tulisan. visit website kecil saya http://idnobody.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bangku Tua

27 Oktober 2016   07:08 Diperbarui: 27 Oktober 2016   08:02 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: idnobody.com

Pernah kau perhatikan bangku tempat duduk mu? Dia tak pernah mengeluh sekalipun sendirian. Tubuhnya renta dan hampir lapuk termakan cuaca. Masih di bawah pohon itu, melihat daun berjatuhan sekalipun hujan. Aku ingin berguru padanya, tentang arti setia.

Lihatlah, dengan memejamkan mata. Adakah yang lebih setia dari bangku? Mungkin ada, tetapi kau tak melihat atau tak ingat. “Aku”.

Bangku tetap bisu, manakala tulang-tulangnya ditusuk jarum rindu ingin pulang. Lapuk menggigit saban hari tanpa ampun. Tak ada yang peduli nasib bangku tua malam ini. benar-benar sendiri.

Beruntung bangku, tak seberapa lama, datanglah si tua. Mereka bercengkrama, tertawa dan sesekali terlihat bangku menangis. Kenapa menagisiku? Tanya si Tua. “Tak mengapa. Kamulah rindu, sepekan, serupa dengan seabad tak berjabat.” Jawab bangku kemudian terdiam.

Dini hari semakin sunyi, dingin jadi selimut. Tubuh bangku sudah tak sekuat tabah. Sepekan lagi.

23 Oktober 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun