BAGAIMANA MENJADI SEORANG GURU MATEMATIKA YANG BAIK
Menjadi seorang guru yang baik dan di gemari siswa itu tidaklah mudah, banyak guru-guru yang kurang mempersiapkan rencanaan pelaksaaan pembelajaraan dan kurang dalam penyampaiannya sehingga kurang memanfaatkan fasilitas atau model-model pembelajaran yang menarik perhatian siswa. Apalagi menjadi seorang guru matematika, Karena banyak orang mengatakan bahwa pelajaran matematika itu pelajaran yang sulit, dan banyak pula orang yang bilang matematika itu sebuah monster. Itu disebabkan karena mindset yang ada dalam diri tidak bersifat positif, yang dari dulu beranggapan matematika itu adalah sebuah monster yang sangat menyeramkan, ganas dan sulit untuk ditaklukan.
Pernyataan Alva handayani (2004) pada semiloka mengatasi fobia matematika pada anak di Bandung.Mengatakan bahwa “ Munculnya fobia matematika pada anak juga disebabkan sugesti yang tertanam dlam benak seorang anak, bahwa matematika itu sulit”Seiringan dengan hal tersebut, Iwan Pranoto ( Pemerhati pendidikan matematika dan seorang dosen di ITB/Institut Teknologi Bandung ) menyatakan bahwa “ Munculnya anggapan siswa dan masyarakat bahwa pelajaran matematika sulit bahkan menjadi fobia lebih disebabkan pada pengajaran yang lebih menekankan pada hapalan kecepatan berhitung “.
Dari uraian cerita diatas dapat di simpulkan, bahwa inti dari semua pernyataan adalah seorang guru. Karena, seorang guru sangatlah berperan penting dalam hal ini. Seorang guru harus mampu memberikan motivasi terhadap peserta didiknya terhadap pelajaran matematika agar mampu merubah mindset peserta didik, yang tadinya beranggapan terhadap pelajaran matematika itu sebagai monster yang menyeramkan, ganas dan sulit untuk ditaklukan berubah menjadi pelajaran yang asyik dan menyenangkan. Sehingga fobia anak tersebut sedikit demi sedikit dapat hilang.
Hal yang mengakibatkan fobia anak disebabkan oleh pengajaran serta hapalan dan ketepatan behitung yaitu karena yang kita ketahui rata-rata seorang guru matematika ialah seorang yang sangat menyeramkan dan galak, serta kurang memanfaatkan model-medel serta metode-metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar, sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak menyenangi pelajaran matematika.
Dengan hal tersebut, seorang guru harus bisa menghilangkan fobia anak dengan melalui pendekatan dan motivasi terhadap peserta didiknya serta menyampaikan pelaajarannya dengan hal yang menyenangkan agar siswa lebih aktif, dan guru hanya sebagai fasilitator, 30% dan peserta didik 70%. Di harapkan peserta didik lebih aktif dibandingkan seorang guru di dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pemebelajaran harus fokus,yaitu teratur dan terarah agar proses belajar mengajarpun lancar tanpa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Harus positif thinking yang selalu berfikiran bahwa I can do atau Yes I can.dan harus menghindari kata-kata 3S + 3T yaitu :Sulit, sukar, susah, tidak bisa, tidak mungkin, tidak mampu.
Dengan niat dan usaha seorang guru untuk menciptakan dan memberikan pembelajaran terhadap siswa agar dalam penyampaianya mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa, insyallah kita bisa menjadi seorang guru matematika yang baik, sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam memberikan materi dan juga disenangi siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H