Merindukan Sosok Pemimpin Humoris
Indonesia merindukan sosok pemimpin yang humoris layaknya Presiden Indonesia ke-4 Abdurachman Wahid atau yang kerap dikenal sebagai Gus Dur. Gus dur merupakan seorang presiden yang bijak namun dapat mengambil perhatian semua orang melalui lelucon, humor dan teks anekdot beliau ketika sedang berpidato di forum resmi. Namun, menurut saya pemimpin yang seperti ini kurang bisa dicontohi karena memberikan humor ketika menyampaikan sesuatu yang penting bisa berujung kepada miskomunikasi terhadap pendengar.
Teks anekdot merupakan salah satu jenis teks yang bertujuan untuk menghibur. Teks anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena terdapat unsur lucu dan mengesankan. Selain bersifat lucu dan menghibur, teks anekdot biasanya menceritakan kehidupan sehari-hari mengenai orang penting atau terkenal yang merepresentasikan kejadian sebenarnya. Jadi, teks anekdot adalah cerita lucu yang didasari oleh kejadian nyata.
Contoh Teks Anekdot :
Pada suatu hari ada seorang Supir kendaraan roda empat yang sedang dalam perjalanannya bersama dengan beberapa penumpang. Suatu ketika di tengah perjalanan, ia pun meminggirkan kendaraannya lalu turun dari mobil, untuk meregangkan punggung dan badannya yang pegal.
“Woi pak, Kok berhenti sih!” Ujar penumpang di belakang. "
“Ya Bu, sebentar ya punggung saya pegal mau saya renggangin dulu ya bu.” jawab si supir.
Sang penumpang pun meneriaki si supir kembali, “Enak bener lu pak! Bapak kira ini angkot apa?!"
“Loh? Emangnya kenapa Bu?” Jawab si Supir.
Sang penumpang pun kembali menjawab, “Pak, Ini itu ambulans bukan angkot, sekarang ini suami saya sudah mulai sesak nafas ini di belakang! Cepat jalan ke Rumah Sakit!”
Dari Teks Anekdot tadi, ada satu hal yang disindir oleh penulis yang menjadi masalah di dalam kehidupan masyarakat kita yakni mengenai sikap kepedulian. Banyak sekali orang-orang disekitar kita yang tidak peduli dengan sesama, misal ada orang yang pingsan atau kecelakaan, ada beberapa orang yang akan membantu namun sisanya atau bahkan kebanyakan orang hanya menonton atau lewat begitu saja, sama seperti teks anekdot di atas dimana pengemudi tidak sadar bahwa ada nyawa orang dalam bahaya namun dia malah memikirkan dirinya sendiri.