Hujan adalah janji setia langit kepada bumi. Yang pasti datang, tanpa payah menunggu. Kita terjebak di hujan yang sama, namun tak bisa saling bicara. Membuatku terus menunggumu memutar badan dan melempar senyum kepadaku.
Aneka rasa tumpah dari langit. Cemas dan rindu tanpa bisa kucegah. Rasa yang begitu besar, yang melenyapkan rasa lainnya. Jarak kita tak jauh. Namun tak bisa bertatapan, apalagi berbicara. Ketika seseorang mulai kurindukan. Dan semesta tak berpihak padaku, dan semoga Tuhan mendengar cerita tentang ku.
Malam yang digelapkan oleh mendung dan hujan. Andai semesta memihak kepadaku pasti sudah kuluapkan deritaku. Disini aku akan sedikit bercerita dan berbicara tentang seseorang yang sempat merenggut senyumku tanpa permisi. Namanya 'Amon' ya, terdengar aneh bukan? Namun dia sosok yang baik, ceria dan penuh cinta.
Suatu kejadian yang dimana otakku sudah kehilangan ide untuk berpikir, aku tak lupa akan mengapa harus kusesali, kehilangan seorang teman, tak hanya teman biasa mungkin pendewasaan yang tertunda, karena usai memilikinya hidupku telah sempurna.
Kita disatu sekolah menengah pertama yang sama, yang awalnya aku tak tahu bahwa ada seorang malaikat baik yang akan menata lantunan alur hidupku menjadi berwarna, walaupun tak berjalan lama setidaknya aku pernah merasakannya. Langsung pada intinya saja, sejak mengenalnya semua berubah 180,1 dari diriku, menjadikanku sosok seperti sekarang ini juga tidak mudah. Tapi dia sanggup mewujudkannya, terimakasih dariku untukmu.
Langsung saja ya! :)
Sore itu, saat ia tak membalas pesan online dariku, diriku berpikir bahwa dia seakan melupakanku, tapi aku lupa bahwa dunianya tak hanya tentang diriku. Sempat merasa terserah dan pasrah. Aku berkata "1 hal penting ada di hadapanmu, mengapa engkau mengabaikan ku." Kata demi kata kurangkai dan kukirim dengan amarah kepadanya. Dan dia menjawab dengan begitu sabar dan pengertian "Bisakah engkau berkata dengan lembut, putri raja tidak boleh terlihat antagonis bukan?". Sontak kata itu membuat ku luluh dan merona, betapa dahsyatnya sihir yang diberikan kepadaku. Yah, sudahlah akan kulupakan. Hanya beberapa menit, bahkan tak sampai 1 jam keegoisanku mulai beraksi. Bayangkan apakah seseorang harus selalu menemani mu, bahkan diwaktu sibuknya? Egois sekali bukan, tapi aku tidak berpikir demikian waktu itu, toh ini juga buat kebaikan dirinya, sibuk juga bukan berarti main game juga kan, jika kita menghabiskan waktu seharian hanya untuk bermain game bisa membuat daya tahan tubuh menurun. Dan aku tak ingin hal itu terjadi kepada nya, baik betul kan aku ini, hehehe. Setelah beberapa juntai teks kukirim padanya, ia hanya membalas
'pesan ini telah dihapus', hanya satu teks dan tidak jelas juga apa yang dikatakannya, karena pesan yang telah dihapus oleh nya.
"Ah, kamu! Ah! Apa banget, sih!" Kepalaku mulai memerah dan mengeluarkan asap.
"Dih, ngambek? Ya sudah, ngambek dulu aja."
Lagi-lagi, dia mudah betul mempermainkan perasaanku.
Namun, setelah sekian lama, ponselku bergetar "Ding dong" satu notifikasi muncul, hingga membuat layarnya menyala dan terang.
"Martabak manisnya dateng nyonya, boleh dibuka pagar kerajaannya"
Tawa berderai langsung keluar dari kerongkonganku.
Ajaib betul perasaanku ini. Dia membuatku marah, tapi aku malah
tertawa. "Emmm" kali ini aku mencoba berpikir, aku takut jika aku membuka pagar dan melihat wajahnya, aku mala terpesona.
"Gak mau, ah, kamu jahat!", Balas pesan online ku padanya.
"Mau dibuka sekarang, apa kukirim santet setelah pulang?"
Senyum tipis dibibirku tak bisa bohong, aku bergegas membukanya. Raut wajah memaafkan mungkin sudah terlihat di kerut-kerut wajahku. Ini puncaknya, setelah dia pulang dan semua baik baik saja aku tidak tahu dan lupa apa yang terjadi setelahnya. Hingga suatu saat, ketika keegoisanku memuncak lagi dan lagi, entah mengapa aku begitu mudah marah hingga dengan bodohnya aku memutuskan untuk tidak akan menghubunginya lagi untuk terakhir kalinya. Mungkin karena dia lelah dengan keegoisanku, dia pun mengiyakan, itupun setelah beberapa bujukannya tak mempan lagi terhadapku. Hari itu aku sangat hancur, aku membutuhkannya, dan dia asyik dengan dunianya. Sempat merasa tak menyesal juga. Tapi sebulan kemudian aku rindu akan dirinya :( yah satu orang temanku telah hilang, lebih tepatnya kubiarkan hilang.
Rindu kubiarkan berkecamuk dibenakku, tak bisa kutahan hingga tak sanggup lagi menangis karena sudah diwakilkan oleh langit. Mataku sembab melihat teman yang mungkin tak lagi bisa kembali seperti dulu, dan mungkin tak bisa lagi bertemu.
Dua tahun berlalu, kenangannya masih tersimpan rapi walau sudah tak lagi mengharapkannya kembali.
Pagi itu, saat cap tiga jari sekolah menengah pertama dilaksanakan, tanpa kusadari aku begitu tak sabar untuk datang kesekolah, karena jelas kita akan bertemu lagi untuk sekian lamanya, aku hanya ingin tahu apakah dia baik-baik saja? Tapi aku paham dia akan selalu baik-baik saja tanpaku. Siang itu, ketika selesai aku memutuskan untuk rehat sejenak di kantin buk jah, kantin terfavorit saat bersekolah dulu. Tiba-tiba mataku melotot langsung tertuju padanya, dia yang sedang berbincang dengan teman-temannya, tak begitu berbeda dia masih sama, sama seperti malaikat baikku yang dulu. Sebenarnya banyak yang ingin kutanyakan padanya, tapi keegoisanku ragu akan hal itu. Berbeda halnya dengan hatiku, aku masih merasa bahwa dia masih teman sekaligus malaikat baikku meski kita mungkin tak ditakdirkan untuk terus bersama.
Melihatnya saja, sudah cukup membuatku tenang, gatau kalo nanti malem mungkin udah memberontak tak karuan. Tidak berakhir bahagia juga sih, cuman mau bagaimana lagi. Tetap sehat ya, jangan lupa sholat. Dariku, putri rajamu.
Nama : cukup tuliskan (@alifia.ae) jika lolos, sekalian promo Instagram. Haha sudah jangan marah aku hanya bercanda, gitu aja ngerutin alis iyaiya namaku .....
Tetap semangat!
nama: Nanda Alifia
Nim: 4130022059
prodi: PGSD (A)
tugas bahasa IndonesiaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H