Fenomena yang terjadi di pondok pesantren selama satu tahun belakangan ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Pembullyan bahkan hingga pembunuhan pun tak luput sehingga membuat banyak orang tua yang merasa cemas hingga akhirnya tidak ingin anak kesayangan mereka mengalami hal mengerikan tersebut. Namun, apakah itu merupakan esensi dari pondok pesantren yang sesungguhnya? Mengapa sebuah tempat yang sakral untuk mencari ilmu justru merupakan tempat yang berbahaya?
Saya merupakan salah satu alumni dari sebuah pondok pesantren besar yang berada di salah satu daerah di jawa timur yang sekarang justru dengan bangga berhasil masuk di Universitas Airlangga fakultas farmasi yang dimana merupakan fakultas terbaik nomor satu di Indonesia.
Pondok pesantren sesungguhnya bukanlah tempat yang mengerikan. Dari tempat itu kita mendapatkan banyak sekali pelajaran, baik ilmu akademik, agama, bahkan ilmu kehidupan. Justru melalui pondok pesantren kita diajarkan cara untuk hidup mandiri dan dipaksa untuk dewasa sejak kecil. Menjalani kehidupan sehari-hari tanpa orang tua, bahkan kita diharuskan untuk hidup bersosialisasi dalam pondok pesantren. Kita tidak bisa menjadi seoarng individualis dan orang egois, karena dari pondok pesantren kita diajarkan sebuah arti persaudaraan antar sesama dengan orang yang tidak memiliki ikatan darah dengan kita.
Lalu bagaimana bisa terjadi sebuah kasus pembullyan? Tempat berkumpulnya banyak orang yang menjadi satu, bahkan hidup dan bertemu setiap hari, setiap jam, setiap menit, membuat seseorang dapat melihat sifat asli yang dimiliki. Baik jahat maupun baik. Pembullyan bisa saja terjadi karena kurangnya pengawasan dari pihak pengurus dalam membimbing.
Lalu mengapa baru terjadi akhir-akhir ini? Sebenarnya hal ini sudah terjadi sejak lama dan itu adalah hal yang biasa. Orang dulu akan menanganinya dengan keras, namun lebih kepada senioritas yang tinggi, dan bukanlah pembullyan. Di pondok pesantren saya hal ini terjadi hampir setiap hari, bahkan hingga kelas 12. Namun kami juga sadar bahwasanya hal ini adalah salah satu dari kehidupan dunia luar yang keras. Dengan pengawasan yang ketat dari pihak pengurus, kasus pembullyan baik mental maupun kekerasan tidak sampai terjadi.
Itulah opini saya mengenai pondok pesantren sebagai salah satu alumni yang sekarang justru berhasil masuk universitas top di Indonesia. Pondok pesantren tidaklah semuanya buruk, hanya oknum oknum saja yang kurang dalam membimbing dan mengawasi anak didiknya. Oleh karena itu, memilih pondok pesantren tidak bisa sembarangan. Harus dilihat dari segi sejarah, riwayat, hingga nasab yang dimiliki oleh pemiliknya. Sekian mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H