Beberapa waktu lalu, kasus Nia Kurnia Sari (18 tahun), gadis penjual gorengan di Padang
Pariaman yang sempat viral, menjadi sorotan publik dengan banyak macam kontroversi. Dimulai
dari kisah seorang gadis yang berjualan gorengan di pinggir jalan, kemudian berkembang
menjadi fenomena yang tak terduga, yakni kematiannya yang tidak wajar. Nia bukan hanya
menjadi bahan pembicaraan di media sosial dikarenakan kasus kematiannya yang tidak wajar,
akan tetapi kematiannya yang dilebih lebihkan, hingga dibuatkan tugu, museum, dan lagu oleh
masyarakat sekitar. Fenomena ini memunculkan pertanyaan serius, apakah semua perhatian ini
sesuai dengan nilai-nilai yang seharusnya kita junjung, terutama dalam perspektif agama Islam?
Dilebih - Lebihkan atau Sebuah Penghormatan?
Kasus Nia awalnya hanya cerita biasa tentang perjuangan seorang pedagang kecil yang
ditemukan meninggal secara tragis di dekat rumahnya. Ditemukan oleh seorang anak kecil yang
menarik tali rafia dan melihat tangan Nia yang terikat oleh tali rafia itu dari dalam tanah. Namun,
media sosial dan beberapa pihak masyarakat yang ingin mendapatkan keuntungan dari fenomena
ini, telah mengangkatnya ke level yang jauh lebih besar. Tugu yang didirikan, museum yang
dibuat, dan lagu yang diciptakan semuanya seakan memberikan penghormatan yang berlebihan
kepada seorang gadis 18 tahun yang sebenarnya hanya berjualan gorengan keliling. Sehingga
banyak muncul pertanyaan, apakah tindakan ini adalah bentuk penghormatan atau justru
eksploitasi yang menjadikannya lebih dari sekadar cerita hidup biasa?
Hal ini menimbulkan ketakutan bagi masyarakat yang memiliki pandangan kritis terhadap
fenomena ini. Hal yang disebut "penghormatan" ini apabila tidak diimbangi dengan pemahaman
yang baik dapat berisiko membuat kisah Nia melenceng dari tujuan awalnya, yaitu menginspirasi
orang lain untuk berjuang di tengah kesulitan hidup. Sebaliknya, apa yang terjadi justru
mengarah pada kebencian atau cacian masyarakat yang tidak semestinya terjadi, mengingat
bahwa Islam mengajarkan untuk hanya mengagungkan Allah SWT dan rasul-Nya, bukan
individu biasa.
Melenceng dari Ajaran Islam: Syirik dalam Mengagungkan Manusia
Dalam agama Islam, segala bentuk pengagungan terhadap makhluk ciptaan yang melebihi batas,
atau yang disebut dengan syirik, merupakan dosa besar. Syirik adalah menyekutukan Allah
dengan sesuatu selain-Nya, dan menganggap makhluk manusia atau benda sebagai objek yang
lebih utama dari-Nya. Ketika sebuah tugu, museum, atau lagu dibuat untuk menghormati
seseorang hingga mengangkatnya ke tingkat yang tidak wajar, ini bisa menimbulkan kesan
seolah-olah ada sesuatu yang lebih penting daripada tujuan hidup itu sendiri, yaitu hanya untuk
menyembah Allah.
Nia, yang seharusnya dijadikan contoh ketekunan dan perjuangan dalam berusaha, malah
menjadi simbol yang ditinggikan tanpa batas. Mengagungkan seorang manusia di luar batas
kewajaran, bisa membawa masyarakat pada pemahaman yang salah mengenai arti penghormatan
yang sebenarnya dalam konteks ajaran Islam.
Perhatian yang Tidak Seimbang dengan Tujuan yang Seharusnya
Sebagai masyarakat yang beragama, kita harus mampu memilah antara apresiasi terhadap kerja
keras dan perjuangan seseorang dengan bentuk penghormatan yang mengarah pada hal-hal yang
berlebihan dan tidak sesuai dengan ajaran agama. Menghormati perjuangan Nia dalam berjualan
gorengan adalah hal yang baik, namun membuat tugu, museum, atau bahkan lagu yang
berlebihan adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keislaman. Fenomena ini juga
mengingatkan kita akan pentingnya bijak dalam menentukan apa yang patut untuk dihargai dan
bagaimana cara menghargai seseorang tanpa melenceng ajaran agama. Tindakan ini seharusnya
tidak menjadikan Nia sebagai tokoh yang lebih besar dari apa yang seharusnya, yaitu seorang
pedagang yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kesimpulan
Kasus Nia, gadis penjual gorengan, menunjukkan bagaimana sebuah fenomena bisa berkembang
menjadi sesuatu yang berlebihan dan jauh dari apa yang terjadi sebenarnya. Tindakan membuat
tugu, museum, atau bahkan lagu lagu untuk Nia, meskipun dimaksudkan sebagai bentuk
penghormatan, bisa dianggap melenceng dari ajaran Islam yang mengajarkan untuk tidak
mengagungkan manusia lebih dari yang semestinya. Sebagai umat Muslim, kita perlu menjaga
keseimbangan antara memberikan penghargaan dan tetap mengikuti ajaran agama yang murni,
yaitu tidak ada yang lebih layak disembah atau diagungkan selain Allah SWT. Kita harus belajar
untuk mengapresiasi perjuangan tanpa harus melampaui batas, dan selalu menjaga hati serta
pikiran agar tidak terjebak dalam sikap yang dapat mengarah pada syirik.
Kata Kunci: Kasus Nia, Penjual Gorengan, Syirik, Tugu, Lagu dan Museum
Referensi :