Mohon tunggu...
Novriansyah Lukito
Novriansyah Lukito Mohon Tunggu...

Mahasiswa Akhir di Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Masih dalam tahap pengembangan diri di organisasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Refleksi Pilpres 2014 pada Penggunaan Media dalam Organisasi

8 September 2016   22:31 Diperbarui: 8 September 2016   22:48 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Hari ini, media memiliki peran strategis dalam kelangsungan kehidupan. Bahkan, dalam sebuah kata bijak sekaligus nasihat, jika ingin menguasai dunia maka kuasailah media. Jika kita lihat kondisi yang sekarang, media sangat berfungsi dalam mempermainkan isu - isu yang ada. Mulai dengan menggiring opini publik agar terfokus ke suatu isu atau percaya dengan apa yang diinfokan. Parahnya juga media mempunyai kekuatan untuk memutar balikkan isu, yang baik bisa jadi buruk dan yang buruk bisa jadi terlihat baik. Bahkan media juga bisa menutupi isu - isu strategis dengan cara mengalihkan pandangan publik dengan informasi - informasi yang sebenarnya tak penting sama sekali.

Akhir - akhir ini media juga bisa dijadikan alat untuk menggapai suatu  tujuan seperti halnya dalam proses pemilihan kepala daerah bahkan pemilihan presiden. Hal ini terlihat begitu jelas pada saat pemilihan presiden pada 2014 lalu. Masing - masing calon pasangan mempunyai media masing - masing yang menjadi alat kampanye yang sangat efektif. Dilihat dari peristiwa tersebut, maka wajar kalau media sangat memiliki peran penting.

Sejauh ini, media yang ada yaitu media elektronik berupa berita - berita di televisi, media cetak berupa koran, dan media online (internet) yang juga berisi berita - berita online yang bisa diakses cukup mudah. Kemudian ada satu lagi media yang juga cukup penting yaitu media sosial yang berupa facebook, twitter, path, instagram dan lain - lain yang penggunanya begitu banyak. Saat ini, media online dan media sosial yang menggunakan fasilitas internet telah menjadi favorit. 

Angka pengguna internet pada awal 2016 sudah mencapai 88.1 juta pengguna internet. Hal ini didukung oleh banyaknya media berupa alat untuk mengakses internet dengan mudahnya seperti smartphone dan laptop. Dengan menggunakan media online juga bisa menyebarkan informasi dengan cepat dan bisa untuk terus diupdate sehingga informasi tersebut akan terus ada dan bisa menjadi tren.

Pada pemilihan presiden 2014, ada suatu fenomena pemanfaatan media sosial yang begitu masif dalam rangka suksesi calon presiden. Fenomena ditandai dengan bermunculan banyaknya akun - akun media sosial yang bisa dibayar untuk mengkampanyekan pasangan calon presiden. Efeknya, pasangan calon presiden tersebut akan menjadi tren di media sosial. Selain itu akun bayaran ini juga ditugaskan untuk menjelekkan pasangan lain dan mengcounter semua opini yang mejelekkan pasangan yang menggunakan jasa mereka serta menyukai setiap postingan dan membagikan semua berita yang berkaitan dengan pasangan itu. 

Efektifnya penggunaan media sosial untuk mengkampanyekan calon pada pilkada karena diantara jutaan pengguna internet atau media sosial terdapat pemilih pemula. Pemilih pemula ini kebanyakan hanya ikut - ikutan, bisa jadi ikut orang tua, teman, atau ikut berdasarkan tren di media sosial.

Belajar dari hal tersebut, sudah seharusnya media menjadi salah satu unsur penting dalam suatu organisasi yang harusnya menjadi perhatian lebih. Organisasi akan terlihat bagus ketika media yang digunakan bisa menginfokan dan membuat orang lain percaya bahwa organisasi itu bagus, begitupun sebaliknya. Jika media tidak terlalu menjadi perhatian penting maka publik akan kekurangan informasi terkait organisasi tersebut. Walaupun apa yang dilakukan organisasi tersebut begitu menarik dan banyak, namun jika media tidak bisa menginfokan maka publik akan tetap berpikir bahwa organisasi tersebut seperti tidak ada kerja dan ketika mengadakan suatu agenda akan minim sekali partisipasi dari publik karena minimnya informasi.

Namun, ada satu hal yang membedakan organisasi dan kampanye  pilkada yaitu tentang kejujuran. Informasi yang diinfokan ke publik mengenai organisasi dibangun berdasarkan kejujuran. Apalagi kalau bicara masalah organisasi mahasiswa yang sama sekali tidak mendatangkan keuntungan secara materil dan bicara tentang mahasiswa yang bisa dikatakan kaum terdidik sehingga harus menjunjung tinggi nilai - nilai kejujuran.

Penggunaan media yang bisa ditiru pada proses kampanye pilkada bukan tentang konten yang disampaikan yang hanya bertujuan untuk pencitraan semata melainkan yang harusnya ditiru oleh media dalam organisasi yaitu pola atau cara menginfokan ke publik yang begitu masif dan sistematis. Selain itu juga yang dinfokan harus menarik minat publik untuk melihat atau membaca apa yang diinfokan oleh organisasi tersebut. Adapun yang bisa dicontoh seperti penginformasian yang memperhatikan waktu dan setiap saat diupdate terus sehingga informasi menjadi tren. Serta memanfaatkan semua media yang ada termasuk juga bekerja sama dengan lembaga atau organisasi khusus tentang pers dan memanfaatkan tokoh - tokoh atau orang terkenal dalam membantu penyebaran informasi.

Selain itu, yang bisa ditiru dari proses kampanye pilpres 2014 kemaren adanya akun - akun bayaran atau buzzer yang membantu memasifkan informasi terkait capres yang menggunakan jasa mereka. Namun jika behubungan dengan organisasi yang tidak mendatangkan keuntungan materil atau juga organisasi mahasiswa maka rasanya tidak akan mungkin untuk menggunakan jasa akun bayaran tersebut. Akan tetapi ada satu hal yang bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk menyamai peran akun bayaran tersebut yaitu staf atau anggota dari organisasi. Rasanya tidak mungkin jika hari ini anggota - anggota dari organisasi tidak mempunyai akun - akun media sosial.

Sebelum itu, coba dilihat bagaimana selama ini proses penyebaran informasi yang dilakukan oleh tim media dalam organisasi. Miris rasanya jika masih ada akun organisasi yang pengikutnya masih sedikit atau yang menyukai postingan - postingan organisasi tidak lebih dari jumlah anggota organisasi  atau sama sekali tidak ada yang membagikan ulang postingan tersebut. Oleh karena itu, sudah seharusnya pola kerja yang dilakukan oleh akun bayaran atau buzzer digunakan dalam suatu organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun