Warga ibukota Jakarta dan sekitarnya mana suaranyaa? Wah, ada kabar gembira nih! Soalnya dalam beberapa waktu ke depan LRT (Light Rapid Transit)Â alias kereta api ringan akan beroperasi di Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi. Â Yeay!
Hadirnya LRT tentu membawa angin segar bagi masyarakat. Namun sayang, masih banyak masyarakat yang belum tahu informasi yang tepat dan benar tentang LRT. Untuk itulah Kementerian Perhubungan berkolaborasi dengan Warta Kota menyelenggarakan Focus Group Discussion bertemakan "Pembangunan LRT Jabodebek dan Sumsel, untuk Siapa?" pada Rabu, 13 Februari 2019 di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta.Â
Adapun beberapa narasumber yang menjadi pembicara adalah Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri; Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Pundjung Setya Brata; Wakil Presiden PMO Operation LRT Jabodebek, Iwan Eka; Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno; serta pengamat tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga.Â
Sebelum mengikuti FGD jujur banyak hal yang belum saya ketahui dari LRT Jabodebek. Saya pikir LRT hanya sekadar moda transportasi saja, namun ternyata lebih dari itu. Inilah beberapa fakta dan informasi yang saya dapatkan dari kegiatan FGD beberapa waktu lalu.
1. Dasar pembangunan LRT
Sebagai masyarakat awam kita mungkin hanya sekadar tahu bahwa LRT dibuat untuk mengurai kemacetan. Pertanyaannya, apa benar begitu?
Ternyata pemerintah tidak sekadar membangun LRT, melainkan ada dasar pembangunannya terlebih dahulu. Dasar pembangunan LRT adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 98 tahun 2015. Peraturan ini berisi tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan atau Light Rapid Transit (LRT) Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek) dan perubahannya.Â
Dasar pembangunan ini dibuat berdasarkan pertimbangan atas banyaknya kendaraan yang masuk ke ibukota dari Bodetabek dan kerugian ekonomi hingga Rp65 triliun akibat kemacetan di Jabodetabek. Wow!
2. Terintegrasi dengan moda transportasi lain
Hal yang menarik dari LRT di Jabodebek adalah terintegrasinya LRT dengan moda transportasi lain, seperti transjakarta, KRL, MRT dan bahkan kereta bandara. Beberapa titik integrasi di antaranya adalah Dukuh Atas (KRL/MRT/KA Bandara), Rasuna Said (Transjakarta), Kampung Rambutan (Terminal Kampung Rambutan) dan Kemang Pratama (Trans Patriot).Â
So, bukan mimpi lagi deh kalau kita mau  melanjutkan perjalanan dari LRT ke moda transportasi lain atau sebaliknya untuk pergi ke suatu tempat. Dengan LRT, semuanya akan menjadi mudah!
3. Dilengkapi SOP Keselamatan
Beberapa waktu lalu para pengguna LRT di Palembang geger karena sempat terjadi insiden kemogokan. Jika itu terjadi pada KRL, para penumpang tentu saja bisa keluar ke luar gerbong. Namun jika hal itu terjadi pada LRT tentu saja hal itu tidak bisa dilakukan mengingat jalur LRT berada di atas sehingga dapat membahayakan keselamatan. Lalu bagaimana solusinya?
Eits, enggak perlu khawatir! Setiap kendaraan memiliki risiko keselamatan masing-masing. Sebagaimana transportasi lain, LRT di Indonesia juga memiliki SOP alias Standar Operasional Pelayanan dalam hal keselamatan loh atas kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi saat terjadi, baik dalam hal apa prosedur saat terjadi kebakaran, gempa bumi, human error atau bahkan mogok seperti yang telah terjadi di Palembang. Simulasi keselamatan juga diadakan untuk semakin memantapkan SOP.