Menonton  film yang sedang rilis sekarang di bioskop adalah hal yang biasa. Kalau  menonton film klasik Indonesia yang rilis pada 70-an atau 80-an di  bioskop? Wah, kelihatannya mustahil ya. Tapi lewat Vintage  Film Festival yang diselenggarakan oleh CGV Cinemas* bekerjasama dengan  Go-TIX dan FLIK, hal itu dapat menjadi nyata. Melalui Vintage Film  Festival, kini kita tak lagi hanya bisa menikmati sajian film-film  Indonesia jaman now, namun juga dapat menikmati sajian film-film Indonesia jaman old.
Eh, emangnya bagus hasilnya kalau menayangkan film jaman doeloe? Bukannya filmnya pudar dan kurang jernih?
Eits,  enggak perlu khawatir soal kualitasnya. Sebelum diputar, penyelenggara  Vintage Film Festival telah melakukan restorasi film terlebih dahulu.  Dikutip dari website CGV, restorasi film adalah serangkaian proses untuk  menyelamatkan berkas film  lama berbentuk gulungan seluloid yang telah mulai rusak. Pokoknya film  lama dibuat jadi lebih baik deh!Â
Jaman  dulu belum secanggih sekarang. Dengan masih menggunakan gulungan pita,  film-film jaman dulu  tentu saja rentan mengalami kerusakan. Terlebih  faktor lamanya usia film dapat mempengaruhi kualitasnya, baik dari segi  visual ataupun audio. Penyebabnya beragam, entah itu karena gulungan  pitanya tergores, robek, berjamur, berdebu, kena sidikan jari atau  bahkan terkena serangga. Jika ada yang mengalami hal tersebut tentu saja  dapat menurunkan kualitas film yang akan diputar.Â
Untuk  mengatasi hal itu, maka dilakukanlah restorasi. Dikutip dari FLIK TV,  ada berbagai tahapan dalam restorasi. Mula-mula penyelenggara harus  mencari materi film terlebih dahulu. Tahapan ini bisa memakan waktu  berbulan-bulan karena proses pencarian bisa dilakukan di lebih dari satu  tempat arsip film. Setelah materi filmnya lengkap, langkah berikutnya  adalah dilakukan pemulihan manual per gulungan pita. Durasi waktu per  judul pada tahapan ini bisa mencapai 1 bulan.
Tahap selanjutnya adalah pemindaian film lawas ke versi digital. Dalam tahap ini pihak perfilman melakukan pemindaian per frameuntuk  audio dan video lalu disatukan lewat mastering. Setelah selesai,  barulah tahapan berlanjut pada tahapan akhir yakni penggabungan manual  dan digital. Durasi waktu yang dibutuhkan berbeda-beda tergantung  kesulitan pada film yang hendak direstorasi.Â
Bisa berminggu-minggu dan  bahkan paling lama bisa sampai setahun. Setelah semua tahapan dilewati,  selamat! Film bisa ditayangkan dan akhirnya kita bisa menikmati film  lawas dengan hasil visual dan audio yang lebih baik!Â
Vintage  Film Festival diadakan selama sebulan, yakni dari 29 Maret hingga 29  April 2018. Tercatat ada 10 kota beruntung yang menjadi tempat  penyelenggaraannya, yakni CGV Grand Indonesia (Jakarta), CGV Bekasi  Cyber Park (Bekasi), CGV  Paris Van Java (Bandung), CGV Grage City Mall (Cirebon), CGV Teras Kota  (Tangerang), CGV Depok Mall (Depok), CGV Sahid Jwalk (Yogyakarta), CGV  Festive Walk --(Karawang), CGV BG Junction (Surabaya) bahkan hingga CGV  Focal  Point (Medan). Walau diadakan selama sebulan penuh, film tidak diputar  setiap hari lho. Film hanya ditayangkan pada hari Kamis hingga Minggu  pada pukul 16.00 WIB. Sebagai permulaan, Pengabdi Setan yang rilis pada  1980 menjadi film perdana yang ditayangkan.Â
Tak  ketinggalan, saya turut menjadi bagian dari Vintage Film Festival. Pada  Rabu, 28 Maret 2018 bersama teman-teman komik kompasiana ikut nonton  bareng film Pengabdi Setan 1980 yang telah direstorasi. Saya sendiri  belum pernah nonton film Pengabdi Setan versi 2017, tapi menonton film  Pengabdi Setan versi aslinya membuat sensasi tersendiri.Â
Akhirnya bukannya menikmati film  dan mengapresiasinya, tapi malah tertawa karena memikirkan hal-hal di  luar film. Terlepas dari berbagai kekurangan yang ada pada film, saya  meyakini bahwa Pengabdi Setan 1980 adalah film horror terseram pada  eranya.