"Itu dia!"
Seorang pria menunjuk ke atas pohon. Seketika kami menatap ke arah pohon yang ditunjuk. Semula saya kebingungan. Dimana? Tapi setelah saya melihatnya dengan saksama akhirnya saya 'engeh' juga. Ada sosok makhluk berbulu hitam keabuan sedang bergelantungan dari satu pohon ke pohon lain. Sayangnya jarak antara kami dan makhluk itu begitu jauh sehingga tidak tampak begitu jelas.
"Itu dia anaknya!" Lanjut pria berbaju hijau itu sembari menunjuk ke arah pohon yang sama.
Sebagian dari kami mengabadikan momen tersebut, tak terkecuali dengan saya. Kami pun terpana. Oalah... ternyata itu yang namanya owa jawa!
Owa Jawa, Monogami Yang Ironi
Keanekaragaman hayati Indonesia tak perlu diragukan lagi. Owa jawa adalah salah satu buktinya. Melalui Kompasiana visit bersama Pertamina, 20 orang kompasianer berhasil mewujudkan impiannya untuk berkunjung dan melihat secara langsung habitat asli owa jawa di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jawa Barat pada Senin, 13 November 2017. PPKAB sendiri telah berdiri sejak 1998.
Berfoto di dekat papan informasi PPKAB (dokpri)
Perjalanan dilakukan dengan menggunakan bus dari Bentara Budaya Jakarta melewati jalan tol. Usai tiba di kawasan Taman Nasional, kami kemudian mengganti moda transportasi dengan mobil jeep
.Hal itu dikarenakan kondisi jalan yang dilalui tidak memungkinkan. Selain tidak muat untuk dilalui bus, jalanannya juga masih berupa tanah dan berada di pinggir ladang. Jika hujan turun jalanan akan menjadi 'blok' dan tentu saja sulit dilewati oleh kendaraan biasa. Maka, mobil jeep
 menjadi satu-satunya transportasi andalan. Sensasi layaknya naik
 roller-coasterpun kami rasakan saat menaiki kendaraan ini.
Kondisi jalan menuju PPKAB (dokpri)
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit, kami akhirnya tiba juga di tempat pelestarian. Badiah, Kepala Bidang Wilayah Bogor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangarango menyambut kedatangan kami. Ia kemudian berbagi cerita dan informasi menarik terkait owa jawa kepada kami.
Owa Jawa (dok. Pertamina)
"Tadi pagi owa jawa melakukan
morning call." Cerita Badiah.
Morning call. Yap, owa jawa memiliki kebiasaan melakukan
morning call. Setiap pagi mereka akan mengeluarkan suara dan bersahut-sahutan layaknya manusia. Sayang, berhubung kami tiba di sana sekitar pukul 10.30 WIB, maka kami tak dapat mendengarkan
morning callala Owa Jawa.
Badiah, Kepala Bidang Wilayah Bogor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangarango (dokpri)
Badiah melanjutkan ceritanya. Bernama latin
hylobates moloch,owa jawa adalah binatang endemik berupa jenis kera kecil dengan bulu berwarna hitam keabu-abuan. Owa jawa tersebar di beberapa daerah di Indonesia, namun populasi terbanyak terdapat di daerah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jawa Barat. Badiah mengaku bahwa di PPKAB terdapat 13 kelompok owa jawa dimana minimal terdapat 1 jantan dan 1 betina dengan posisi sebagai ayah dan ibu. Sekilas owa jawa mirip dengan monyet. Namun sebenarnya berbeda. Perbedaan paling mendasar adalah monyet memiliki ekor sedangkan owa jawa tidak.
Setelah sesi sambutan selesai, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan eksplorasi dengan didampingi oleh sejumlah petugas. Dalam kegiatan ini kami berkeliling, mendaki gunung lewati lembah seperti Ninja Hattori *lebay*. Di sinilah kami melihat keindahan habitat asli owa jawa. Ratusan anak tangga baik menanjak maupun menurun kami lalui. Jembatan juga kami seberangi. Saya merasa beruntung karena lewat kegiatan ini saya mendapatkan banyak pengetahuan baru.
Lihat Inovasi Selengkapnya