Komunitas pencinta dan pembuat film semakin menjamur. Tak hanya tumbuh di kota-kota besar saja, tetapi juga di daerah sekitarnya. Salah satunya adalah komunitas Freeaktivitas. Baru berusia seumur jagung, 3 tahun, Freeaktivitas menjadi ruang bagi para anak muda di Kabupaten Bogor untuk menyalurkan minat dan bakatnya di bidang film. Hal yang menarik adalah anggota freeaktivitas berasal dari latar belakang berbeda. Kebanyakan justru tidak berangkat dari latar belakang pendidikan film, seperti keperawatan, akuntansi dan sebagainya.
Seperti apa Freeaktivitas dan bagaimana karya yang dihasilkan? Untuk berkenalan lebih lanjut dengan mereka, KOMiK (komunitas pecinta film kompasiana) pun mengadakan ngoplah alias ngobrol palmerah yang diadakan pada Agustus 2017 di kantor kompasiana. Acara ini kian menarik karena ditemani makan siang bersama Rolas Lunchbox, sebuah makanan yang menawarkan paket makanan yang sehat, enak dan bergizi. Dalam ngoplah kali ini, para anggota KOMik tak hanya bisa berdiskusi langsung dengan Freeaktivitas tetapi juga bisa menonton langsung karyanya. "Tangan-tangan Kecil 2" menjadi judul film yang diputarkan.Â
Dengan cerita yang ringan, film ini sangat menghibur. Adegan-adegan polos khas anak-anak saat bermain mengundang gelak tawa. Percakapan berbahasa Sunda yang ada di dalamnya membuat saya sempat "roaming". Namun untung ada subtitlenya sehingga saya dapat memahami alur cerita.
"Tangan-tangan Kecil 2" merupakan sekuel dari "Tangan-tangan Kecil" yang telah lebih dahulu tayang di youtube. Bedanya, jika pada Tangan-tangan Kecil durasinya hanya 5 menit, durasi pada Tangan-tangan Kecil 2 justru lebih panjang, yakni 20an menit lebih. Agung Jarkasih, ketua dari Freeaktivitas menuturkan bahwa ada misi tertentu dari film berseri ini. Misinya adalah tentang bagaimana seharusnya permainan tradisional tetap lestari.Â
Gencarnya arus teknologi dan gawai adalah suatu hal yang positif. Tapi di sisi lain merupakan hal yang buruk. Banyak anak yang telah terpapar gawai sehingga mereka lupa akan permainan tradisional. Akibatnya, jarang anak di zaman sekarang yang mengenal permainan tradisional. Kebanyakan justru hanya orang tua. Padahal dunia anak adalah bermain dan bergerak. Dunia anak adalah berada di luar melakukan permainan tradisional, bukan di dalam bermain gawai. Maka sebelum permainan tradisional tinggal kenangan, untuk itulah film "Tangan-tangan Kecil" diciptakan.
Selain pesan dari film, yang saya suka dari "Tangan-tangan Kecil" adalah kemampuan akting para pemainnya yang mayoritasnya adalah anak-anak. Akting mereka natural sebagaimana anak-anak pada umumnya. Tak ada akting yang terlalu dibuat-buat. Â Saya sangat mengagumi bagaimana mereka berusaha menjalankan peran. Bagi saya, untuk ukuran anak-anak yang tidak memiliki latar belakang keluarga di bidang seni peran, akting mereka sangat baik.
Saya percaya jika mereka terus mengasah kemampuannya, akting mereka tak akan kalah dengan para artis yang telah wara-wiri di layar kaca. Dengan kekuatan tersebut, maka tak salah jika "Tangan-tangan Kecil" mampu menjadi salah satu pemenang di sebuah festival Taman film di Bandung untuk kategori Best People Choice kategori film komedi pada 2017.
Ditanya mengenai rencana ke depannya, Freeaktivitas akan  mengikuti festival-festival film Indonesia di masa mendatang. Tak hanya melanjutkan sekuel "Tangan-tangan Kecil", film dengan tema lain pun juga siap diluncurkan.
Setelah berdiskusi seru dengan para anggota Freeaktivitas, kegiatan ngoplah pun berakhir dengan sesi kuis dan berfoto bersama. Saya berharap semoga Freeaktivitas tak lelah dan cepat puas dalam berkarya. Ini justru merupakan batu loncatan untuk menjadi komunitas yang lebih besar dan baik lagi. Semoga Freeaktivitas terus menelurkan karya-karya yang berkualitas agar menjadi bukti bahwa komunitas film Bogor juga dapat eksis. Semoga Freeaktivitas juga terus berprestasi lewat festival-festival atau kompetisi film di masa mendatang. Sukses selalu!