Pertengahan tahun telah tiba. Itu artinya, perhelatan bulu tangkis tahunan bertajuk Indonesia Open kembali digelar.  Dengan total hadiah sebesar 1 juta USD, BCA (Bank Central Asia) menjadi sponsor utama pada turnamen bulu tangkis terbesar di Indonesia. Wakil Presiden CSR (Corporate Social Responsibility) BCA, Rizali Zakaria menjelaskan bahwa kepopuleran bulu tangkis di Indonesia sebagai olah raga prestasi menjadi alasan kenapa BCA tetap betah menjadi sponsor dari Indonesia Open. “Dengan menjadi sponsor, kami berharap prestasi Indonesia di bulu tangkis kian meningkat," tambah Rizali. Â
Total hadiah senilai 1 juta USD yang digelontorkan oleh BCA membuat Indonesia Open menjadi turnamen Super Series Premier dengan hadiah terbesar, setara dengan total hadiah BWF Dubai Final Super Series. Hal itu sekaligus menjadikan BCA Indonesia Open sebagai magnet bagi para pebulutangkis dunia seperti Chen Long, Lee Chong Wei, Carolina Marin dan sebagainya untuk memberikan yang terbaik dan berjuang merebut mahkota juara.
Semarak di Bulan Ramadan
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, ada yang berbeda dari penyelenggaraan BCA Indonesia Open Superseries Premier kali ini. Jika sebelumnya Indonesia Open diselenggarakan di Istora Senayan dan dilaksanakan di bulan biasa, kali ini Indonesia Open dilaksanakan di JCC (Jakarta Convention Center) dan bertepatan dengan bulan puasa, tepatnya pada 12-18 Juni 2017. Hal itu dijelaskan oleh Achmad Budiharto, Sekretaris Jendral PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia) pada media gathering BCA Indonesia Open yang berlangsung pada Rabu, 7 Juni 2017 di Grand Duck King, Grand Indonesia, Jakarta.
"Indonesia open tahun ini bertepatan dengan bulan puasa," jelasnya.
Ternyata bukan tanpa alasan bahwa Indonesia Open dilakukan bertepatan dengan bulan puasa dan dilaksanakan di JCC, Senayan, Jakarta. Keputusan BWF (Badminton World Federation) selaku pemangku tertinggi bulu tangkis dunia menjadi faktor utamanya.
Perihal pemindahan tempat penyelenggaraan dari Istora menjadi JCC Senayan, selain karena Istora tengah mengalami renovasi karena hendak menghadapi Asian Games 2018 juga karena faktor Keputusan BWF lewat serangkaian proses, seperti laporan  dan survey. BWF telah memberikan restu agar pelaksanaan diadakan di JCC.Â
"BWF telah dua kali berkunjung ke JCC," jelas Budi.
Perbedaan antara Indonesia Open tahun lalu dengan tahun ini menyisakan tantangan yang harus dihadapi. "Kalau di Istora, kita bisa bersiap-siap pada H-4 atau H-5. Tapi kalau di JCC pada H-3. Tanggal 11 Juni kita sudah harus siap dan pada tanggal 9 kita baru bisa loading barang dan set up (tempat)."
Tak hanya soal waktu, tantangan lain adalah soal luas dan biaya tiket. Faktanya, luas JCC yang lebih kecil dan biaya sewa JCC yang lebih mahal ketimbang Istora berpengaruh pada berkurangnya kapasitas penonton dan naiknya biaya tiket nonton Indonesia Open.