By Cinta
Langit  tertawa,
Melihat tangguhnya kami
Ayahku,
Bukanlah pengusaha ataupun kapitalis penguasa negeri
Dia hanyalah petani dilahan sempit
Ibuku,
Bukanlah wanita eksekutif yang kerap tereksekusi dijari jemari
Ruang sel sempit
Langit tertawa,
Kami makan dengan apa yang tidak mereka makan
Kami tidur dengan mimpi yang tentu saja berbeda dengan mimpi punya mereka
kami tersenyum
menyaksikan bulir padi yang mulai menguning
meski, entah itu  mungkin hanya cukup untuk hidup barang seminggu
merekapun tersenyum
melihat hartanya semakin melimpah
entahlah, mungkin untuk bekal hidupnya setahun,dua tahun bahkan
mungkin hendak menjadi waris anak cucunya kelak
langit tertawa,
Saat  kami tak perduli gerangan apa yang terjadi diantara mereka
Berebut apa yang tak kami miliki meski itu sesungguhnya milik kami
Mereka bergegas dan berebut seakan sekarat tak akan pernah menampak
Langit tertawa,
Butir peluh kami demikian hangat
Disini kami bertaruh dengan cara dan untuk hal yang sederhana
Disana mereka bertarung untuk angan dan mimpi yang demikian rumit
Semua untuk sesuatu yang berbeda
Dan sangat berbeda....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H