Mohon tunggu...
Nyak OemarAyri
Nyak OemarAyri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Tidak berbakat di bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pentigraf | Tidak Tepat

26 Januari 2021   14:26 Diperbarui: 26 Januari 2021   14:41 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by dekadepos.com

Hari ini masih sama dengan kemarin, awan mendung dan rintik rinai hujan seolah mendukung kegalauan yang aku alami saat ini. Tatapanku masih pada arah yang sama, masih pada tempat yang sama. Tiap hari aku hanya bisa mengintip dari balik jendela rumahku, betapa tampan dan sempurnanya paras lelaki itu.

Senyumnya yang begitu khas dan suaranya yang berat seketika meluluhlantahkan isi hatiku. Ingin rasanya aku memeluk tubuh itu, agar ia tau bagaimana perasaanku padanya.

Tapi rasanya sangat tidak mungkin aku mampu melakukan itu, khawatir aku bisa dianggap gila nantinya. Lantas, apakah ia punya rasa yang sama denganku? Ahh...mana mungkin, aku tidak bisa mendekati apalagi kalau sampai memilikinya.

Gadis yang baru berusia 17 tahun sepertiku tak akan pernah bisa menarik perhatiannya. Aku yakin seleranya juga bukan yang seperti aku, hahahahahah...sadar Alice jangan mimpi kamu, aku coba menghardik diriku sendiri agar aku sadar akan kenyataan.

Alice... Tiba-tiba suara itu mengacaukan lamunanku, dia mencoba menyapa dengan senyumnya itu, ahh...betapa tampannya senyum itu. "Kamu kok melamun? Ini ada sedikit makanan buatan istri om, tolong kamu salin ya tempatnya" dia berbicara denganku, dan kata "Istri" yang dia sebut tadi seolah menamparku, ya dialah orang yang membuatku jatuh cinta. Dia sudah menikah ahh...sedihnya nasib seorang gadis yang mencintai suami orang lain.

"Hei kok melamun lagi?" Ia kembali menegurku, "Ma-maaf om, iya makasih banyak ya om makanannya, ini tempatnya udah Alice salin" Aku mencoba untuk tidak memperlihatkan kebodohanku di hadapannya. "Oke, om pamit ya salam buat orang tua kamu" ucapnya sebelum berlalu dari hadapanku, dan aku hanya bisa tersenyum kecut menatap kepergiannya.

Lhokseumawe, 26 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun