Tetapi sebenarnya, seperti yang dikatakan oleh Dandhy tadi, "Dirty Vote" dibuat untuk mengedukasi masyarakat agar dapat menggunakan hak suaranya dengan benar dan memilih pemimpin yang tepat.
Jika dicermati dengan baik, hal tersebut sebenarnya sangat berguna untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak salah memilih calon pemimpin.
Di media sosial kita dapat menemukan berbagai macam tanggapan warganet Indonesia mengenai "Dirty Vote", komentar-komentar tentang pro maupun kontra dapat ditemukan diberbagai platform media sosial, seperti X, TikTok, Instagram, Youtube dan masih banyak lagi.
Ada banyak komentar yang setuju dengan dokumenter tersebut dan ada juga yang mengklaim bahwa itu hanyalah fitnah dan ujaran kebencian yang asumtif.
"yg disampaikan di Dirty Vote bernada fitnah, narasi kebencian, yg asumtif dan tidak ilmiah." Tulis oknum yang kontra di salah satu platform media sosial.
Komentar diatas adalah salah satu yang kontra terhadap “Dirty Vote”.
Oknum tersebut merasa kandidat yang didukung sedang difitnah menggukan hoaks yang tidak berdasar karena adanya cuplikan sensitif yang mengarah ke kandidat tertentu.
Tak hanya warga saja yang melontarkan komentar dan opininya, banyak tokoh publik yang juga ikut penyuarakan pendapatnya tentang dokumenter tersebut.
Salah satunya ada Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, yakni Jusuf Kalla pun ikut buka suara mengenai dokumenter ini.
"Semua orang bisa mengatakan fitnah, tunjukan dimana fitnahnya. Semua data dulu, baru komentarkan," Sebut Jusuf Kalla di kediamannya, Senin (12/2/2024).