Mohon tunggu...
Nathaniel Kevin
Nathaniel Kevin Mohon Tunggu... -

-Atma Jaya Student\r\n-ElvinaHandali's

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi di Kota Alberta

29 September 2014   19:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:04 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Teng, teng, teng, teng ” bunyi bel yang berada di kota Alberta. Semua pelayar berlari menuju tepi pantai sedangkan orang-orang melihat keluar jendela untuk melihat apa yang terjadi. “Cepat, cepat sebuah kapal terdampar di tepi pantai” kata seorang pelayar. Beberapa pelayar masuk ke dalam kapal untuk mencari siapa tahu ada orang yang selamat. “Ya ampun kapal ini benar-benar berantakan” kata pelayar tadi. Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi dari sebuah kamar yang berada di kapal. Semua pelayar masuk mendobrak pintu tersebut dan menemukan seorang bayi wanita. Di samping bayi itu terdapat kotak musik. Para pelayar membuka kotak musik tersebut dan menemukan sebuah telur Blekedet (Blekedet adalah monster imut kecil berwarna pink yang selalu mengikuti Dinda sejak kecil).

Lima belas tahun kemudian…

Enam orang petualang pembasmi monster bernama Yuri (pendeta suci (umur 17)) , Julius (seorang ahli pedang dan sekaligus teman sejak kecil Yuri (umur 17)), Julia (seorang pemanah (umur 19)), Joey (seorang pembunuh bayaran (umur 20)), Claire (seorang ahli sihir (umur 19)), dan Dinda (seorang pedagang (umur 15)yang mempunyai monster peliharaan yang bernama Blekedet) sedang berada di kapal.

“Hey lihat, kita sudah mau sampai di kota Alberta” ujar Yuri kegirangan. Semua orang girang ketika berada di kapal kecuali Dinda. “Dinda, kamu kenapa? Apakah kamu mabuk laut?” ujar Claire. “Aku gak kenapa-kenapa kok” ujar Dinda. Sesampainya mereka di Alberta, mereka pergi ke sebuah restoran untuk makan siang.

Ketika sedang menyantap makan siang, Claire berdiri dan berkata “Permisi saya ingin pergi sebentar untuk mencari udara segar”. Ketika Claire ingin keluar dari restoran, seorang kakek masuk ke dalam toko dan melihat Dinda sedang makan di restoran itu berkata “Tidakkah muka ini membuatku merasa rindu? “. Dinda yang mendengar ucapan kakek tersebut kaget dan terdiam. Semua bingung mendengar ucapan kakek tersebut dan menatap kakek tersebut termasuk Claire berhenti sehingga tidak jadi keluar dari restoran. “Selamat datang kembali” ujar kakek tersebut. “Aku kembali bukan karena aku yang ingin kembali” ujar Dinda.“Kakek, apakah kakek mengenal Dinda?” Tanya Julius. “Mengenal dia? Ini adalah kota dimana ia di besarkan” jawab kakek. “Apakah itu benar?” ujar Yuri. “Seharusnya kamu memberitahu kami lebih dulu” ujar Julius. “DIAM!!! Biarkan aku sendiri” teriak Dinda. Dinda berdiri lalu berlari meninggalkan restoran. “Saya kira kita tidak dapat menyalahkan dia, kenangan nya ketika ia tinggal di sini yang terlalu menyakitkan” Ujar kakek. Semua bingung dengan kelakuan Dinda dan ucapan kakek tersebut.

Dinda pergi ke taman dimana ia bisa melihat seluruh kota, lalu Dinda menyanyikan lagu yang berasal dari kotak musik 15 tahun yang lalu. Sambil melihat seluruh kota dari tepi taman tersebut, ia melihat sebuah gudang yang menarik perhatiannya. Lalu ia menghampiri gudang tersebut dan masuk kedalamnya. Setelah ia masuk, ia melihat kotak musik yang tadi di nyanyikan oleh dirinya, lalu ia tersenyum. Ia memegang sepotong kain yang berada di atas papan dan merasakan bahwa tidak ada debu sama sekali dan bertanya dalam hati “Ruangan ini telah dibersihkan?”. Tiba-tiba terdengar suara seperti seseorang jatuh. Lalu Dinda keluar dan melihat seorang gadis yang berpakaian seperti pelayan terjatuh di lantai dan ingin di bunuh oleh para penjahat, gadis itu terlihat ketakutan. Dinda berteriak “Tunggu dulu!” dan Dinda mengeluarkan jurusnya sebagai petualang “Cart revolution” teriak Dinda sambil memukul para penjahat itu dengan gerobak yang selalu dibawa olehnya lalu para penjahat itu pergi meniggalkan mereka. Dinda mengambil sapu milik gadis itu lalu berkata pada pada gadis itu “Apakah kamu yang membersihkan gudang ini?”. Gadis itu menganggukkan kepalanya. Lalu, Dinda baru menyadari bahwa gadis itu ternyata adalah monster.

Claire yang sedang berdiri di taman yang tadi di tempati oleh Dinda, mendengar percakapan para penjahat yang tadi ingin membunuh gadis itu. “Sial, wanita pedagang kejam itu” kata penjahat pertama. “Apa gunanya menyelamatkan seekor monster” kata penjahat kedua. “Dia akan membayar untuk ini” kata penjahat ketiga. Lalu Claire berkata dalam hati “Pedagang kejam?”.

Kembali ke tempat Dinda dan gadis tadi. “Apakah kamu sendirian? Aku juga sendiri” kata Dinda sedih kepada gadis itu. Blekedet yang berada di samping Dinda mendekati gadis itu dan menyukainya, Dinda dan gadis itu tersenyum melihat kelakuan Blekedet. “Mo…mo” kata gadis itu. “Momo?” Tanya Dinda. Lalu Momo mengangguk. “Nama saya Dinda, Din-da” ujar Dinda. “Din-da?” Tanya Momo. “Benar” kata Dinda. Claire yang berada di belakang tembok bersembunyi sambil mendengarkan percakapan mereka.

Malam telah tiba, saatnya makan malam pun telah tiba. Semua sudah berkumpul di restoran yang tadi siang di kunjungi dan sedang makan kecuali Dinda yang belum datang. “ Aku ingin tahu dimana Dinda berada sekarang” kata Yuri. “Apakah sebaiknya aku mencari Dinda?” ujar Julius. “Tidak perlu, ketika ia lapar,ia akan segera kembali” ujar Julia menenangkan. “Maaf, saya terlambat” ucap Dinda yang baru tiba di restoran. Lalu duduk si meja makan dan ikut makan bersama. Semua tersenyum karena sudah bisa melihat Dinda senang lagi kecuali Claire. “Permisi semuanya, bolehkah saya berbicara tentang sesuatu?” tanya Claire. Semua melihat kearah Claire kecuali Dinda yang asik menyantap makan malamnya. “Ada seseorang di kelompok kita yang menjalin hubungan dengan monster” ujar Claire. Dinda langsung berhenti dari makannya yang lahap. “Apa? Dengan monster?” Tanya Yuri. “Apa yang kamu maksud?” Tanya Julia. “Monster adalah makhluk keji yang harus di musnahkan” ucap Claire. “Namun, untuk melakukan sesuatu yang bodoh seperti mempercayai satu…” ucap Claire yang terputus karena Dinda memukul meja. “Kamu mengikuti aku bukan?” Tanya Dinda dengan nada marah.“Aku tidak melakukannya” Jawab Claire. “Bohong! Manusia selalu berkelakuan seperti ini! mereka tidak adil, licik, dan tidak pernah memikirkan perasaan orang lain!Blekedet dan Momo masih lebih baik dari pada manusia!” Kata Dinda dengan nada marah dan meninggalkan restoran. “Apa yang sebenarnya terjadi Claire?” Tanya Yuri.

Dinda menangis dan menghampiri Momo di dalam gudang yang tadi siang Dinda kunjungi. Dinda memeluk Momo sambil menangis, lalu Momo menyanyikan lullaby yang berasal dari kotak musik. “Bagaimana kamu tahu tentang lagu itu?” Tanya Dinda. Lalu Momo menunjuk kotak musik yang berada di atas meja. Claire datang dan bersembunyi di balik pintu masuk mendengarkan mereka. “Terima kasih” Ucap Dinda. Lalu Dinda mulai menceritakan masa lalunya kepada Momo. “Aku adalah satu-satunya orang yang selamat dari kapal yang terdampar di kota ini” kata Dinda. “Sepuluh tahun yang lalu, aku tinggal di kota ini sendirian. Aku kelaparan, aku kedinginan di tengah hujan. Lalu Blekedet datang membawakanku sebuah apel. Aku membuat gerobak, sedangkan Blekedet mengumpulkan apel. Aku berkata pada Blekedet “Lihat aku akan menjual apel yang kamu bawakan untukku”. Aku berteriak-teriak di tengah kota “Apel! ada yang mau apel? Apel! manis sekali!”. Aku berteriak-teriak tetapi tidak ada yang ingin membeli apel, yang ada hanya ada orang yang berbisik-bisik berkata bahwa aku berisik sekali. Tiba-tiba tiga orang pria menghentikan aku dan berkata “Hey kamu, siapa yang memberikan izin kepadamu untuk berdagang?”. “Hah?” tanyaku bingung. Tiba-tiba para pria tersebut menendang dan menghancurkan gerobakku yang berisi penuh dengan apel. Aku berteriak “Hentikan! Hentikan! Seseorang tolonglah aku!”. Tetapi apa yang terjadi? Semua orang hanya diam dan melihatku dengan sinis. Aku ketakutan. Aku dipukuli dan ditinggal di sebuah gang. Aku berdiri dan berjalan keluar dari gang. Blekedet menghampiriku, aku terjatuh dan memeluk Blekedet dengan erat. Saat itulah saya belajar bahwa manusia adalah makhluk hidup terburuk yang berkeliaran di dunia ini dan mereka tidak bisa dipercaya. Sejak saat itu, aku melakukan apapun untuk bertahan hidup yaitu mencuri”. Lalu Momo mulai menyanyikan lullaby kotak musik. “Apakah kamu berusaha untuk menenangkanku?” Tanya Dinda. Lalu mereka bernyanyi bersama. Lalu mereka tertidur hingga keesokan harinya… “Duar” suara pintu yang terlempar dengan dobrakan para penjahat yang kemarin, hingga Dinda dan Momo terbangun. “Hey wanita pedagang yang kejam, kami datang untuk membalas perbuatanmu yang kemarin” ujar sang penjahat. Momo dan Dinda berlari keluar dari gudang tersebut lalu dikejar oleh para penjahat tersebut. “Momo, lari lebih cepat lagi!” kata Dinda. Lalu ketika sedang berlari, mereka bertemu dengan Claire yang sudah siap untuk menyerang dengan mantranya. “Hentikan” ujar Dinda yang takut kalau ia akan kehilangan Momo. “Pururunpurunfamifamifa” mantra Claire sudah diucapkan dengan lantang. Dinda langsung memeluk Momo dengan perasaan takut akan kehilangan Momo. Dan ternyata Claire bukan menyerang Momo, tetapi menyerang para penjahat yang ada di belakangnya. “Mengapa… mengapa kamu menyelamatkan kami?” Tanya Dinda. “Ada waktu di mana hati manusia dipengaruhi oleh kegelapan. Tetapi, tidak selalu demikian” ucap Claire. “Manusia adalah makhluk yang dapat memperbaiki kesalahannya. Saya ingin kamu mengetahui tentang hal itu” kata Claire sambil meninggalkan mereka. Lalu Momo memberikan sepatu kaca kepada Dinda. “Apakah kamu memberikan ini kepadaku?” Tanya Dinda. Momo mengangguk. “Terima kasih” kata Dinda.

Keesokan harinya…

Dinda mencari Momo di gudang kemarin, tetapi didalamnya ternyata bukan Momo melainkan penjaga yang sedang berpatroli. “Apakah kamu pemilik gudang ini?” Tanya sang penjaga. “Bukan” jawab Dinda. “Saya mendapat informasi bahwa baru-baru ini ada monster yang masuk ke tempat ini, sehingga saya berpatroli di tempat ini. Apakah kamu tahu sesuatu?” kata penjaga. “Saya tidak mengetahui apapun” ujar Dinda sambil meninggalkan tempat itu.

Dinda pergi berkeliling kota untuk mencari Momo. Hingga akhirnya ia menunggu di taman. “Ah… kira-kira dimana Momo berada yah?” Tanya Momo dalam hati sambil memperhatikan sepatu kaca yang diberikan Momo kemarin. Tiba-tiba dari belakang Dinda, Momo datang sambil membawa es krim. Dinda langsung memeluk Momo. “Ke mana saja kamu, dari tadi aku mencarimu” ujar Dinda tersenyum bahagia begitu pula dengan Momo. Mereka duduk di bangku taman dan menikmati es krim bersama dengan Blekedet juga. “Ayo kita bermain bersama” kata Dinda mengajak Momo. Akhirnya mereka bermain bersama, mereka bermain perosotan, ayunan. Mereka terlihat bahagia bersama. Tiba-tiba Dinda berhenti bermain dan berkata “Aku dulunya sangat benci kota ini, akan tetapi sekarang aku menyukainya. Itu semua karena kota ini telah mempertemukan aku dengan kamu Momo”. Mereka tersenyum bersama. Lalu mereka melihat seorang gadis di pinggir taman, dan mereka menghampirinya. “Ada apa adik kecil?” Tanya Dinda. “Aku menunggu ayahku” ujar gadis itu. “Menunggu papa?” Tanya Dinda. “Iya. Papa adalah pelaut, jadi aku selalu menunggunya di sini” kata gadis itu. “Kapan dia akan datang?” Tanya Dinda. “Ketika matahari terbenam di barat” kata gadis itu. “Ketika matahari terbenam?” kata Dinda sambil melihat ke langit dan matahari masih bersinar terik. “Bagaimana jika kamu bermain dengan kami sambil menunggu ayahmu pulang?” Tanya Dinda. “Benarkah saya boleh ikut bermain?” Tanya gadis itu. “Tentu, ayo bermain bersama” kata Dinda. Mereka bermain air di kolam air mancur dan kejar-kejaran. Mereka terlihat bahagia sekali. Hingga gadis kecil itu melihat kapal ayahnya telah datang. “Ayahku sudah kembali, jadi aku harus pulang sekarang” kata gadis itu. “Mari kita main bersama lagi besok. Tidak hanya besok, kakak akan bermain bersamamu ketika kakak datang ke kota ini” kata Dinda. “Baiklah kalu begitu, sampai jumpa besok. Terima kasih kakak-kakak yang cantik” kata gadis itu. “Sampai jumpa” kata Dinda. Momo berjalan keluar taman. “Momo, kau mau kemana? Apakah kamu ingin pulang juga?” Tanya Dinda. Momo mengangguk. “Tetaplah bersamaku Momo. Gudang itu sedang di jaga oleh penjaga, jadi ikutlah aku bertualang bersama” kata Dinda. Momo mengangguk senang. “Apa benar kamu setuju? Benarkah?” Tanya Momo. Momo mengangguk senang lagi. “Kalau begitu, kita akan selamanya bersama. Ikutlah bersamaku dan aku akan memperkenalkanmu dengan teman-temanku” kata Dinda. Momo menggelengkan kepalanya dan berkata “Aku harus mengambil kotak musikmu”. “Oh begitu, kamu juga harus bersiap-siap yah. Kalau begitu besok kita akan bertemu lagi di tempat ini yah” kata Dinda. Momo mengangguk dan mereka berpisah.

Sesampainya Momo di gudang, seorang penjahat kejam bernama masuk ke dalam gudang dan mengubah Momo menjadi monster yang jahat dan buruk rupa.

Keesokan paginya…

Dinda pergi ke taman sambil berlari. Dinda melihat kesekelilingnya bahwa Momo belum datang.

Sedangkan di kota…

“MMMOOONNNSSSTTTEEERRR!!!” Teriak orang-orang ketakutan. Kota Alberta sedang diserang oleh monster-monster. Yuri, Julius, Julia, Joey, dan Claire sedang bertempur melawan para monster yang menyerang kota Alberta. Tiba-tiba, monster Momo yang sangat besar keluar dari dalam gudang dan semua orang mengalihkan serangannya ke monster Momo. “Monster apa itu?” Kata Julius. “Aku belum pernah melihat monster itu” kata Julia.

Dinda yang masih berada di taman, merasa telah menunggu Momo terlalu lama. Sehingga Dinda menyanyikan lagu lullabynya. Monster Momo yang sedang bertempur, berhenti menyerang dan pergi menghampiri Dinda. Lalu Dinda yang berada di tengah taman baru menyadari bahwa kota Alberta sedang di serang. Melihat monster Momo tersebut, Dinda tidak menyadari bahwa itu adalah temannya Momo. Akan tetapi, Blekedet mengetahui bahwa itu adalah Momo dan Blekedet berusaha untuk menghentikan Dinda untuk tidak membunuh monster Momo tersebut. Akan tetapi Dinda menghiraukannya. Melihat gudang tempat Momo tinggal hancur, Dinda marah dan beranggapan bahwa yang menghancurkan kotanya dan tempat tinggal Momo adalah monster yang ada di depan matanya. Hingga akhirnya Dinda mencabik-cabik monster tersebut dengan menggunakan kapak. Hingga akhirnya sepatu kaca yang diberikan Momo jatuh dan pecah bersamaan dengan monster Momo yang terjatuh dari taman yang berada di atas kota.

Beberapa saat kemudian…

“Bagaimanakah keadaan Momo sekarang yah?” Tanya Dinda dalam hati. Dinda menyanyikan lagu lullaby. Momo yang telah berubah kembali menjadi normal berusaha menghampiri Dinda. Akan tetapi 1 meter di belakang Dinda, Momo meninggal. Blekedet menangis dan berteriak “Bleeeekkk…”. Dinda segera berdiri dan memutar badannya kebelakang mengra Momo datang. Akan tetapi yang di lihatnya adalah Blekedet yang sedang menangisi Momo… Dinda berteriak dan menangis histeris…

Itu ending dari cerpenku, bagaimana dengan cerpenmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun