Mohon tunggu...
Naila Kemalasary
Naila Kemalasary Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030103 Ilmu Komunikasi - UIN Sunan Kalijaga

cat enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

My Body, My Choice tapi Masih Tetap Jadi Sasaran Slut Shaming? Begini Cara Mencegahnya

17 Juni 2023   10:32 Diperbarui: 17 Juni 2023   10:48 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Slut shaming adalah perilaku yang melibatkan menyalahkan, mencela, atau merendahkan seseorang, terutama perempuan, karena perilaku atau penampilannya yang dianggap "berani" atau "berlebihan" dalam konteks seksual. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan perlakuan negatif dan pembenaran terhadap diskriminasi terhadap seseorang berdasarkan stereotipe dan norma seksual yang dianggap lebih konservatif atau patriarkal.

Slut shaming sering kali ditujukan kepada perempuan yang secara terbuka mengekspresikan atau mengeksplorasi kehidupan seksual mereka, atau yang mungkin terlihat memiliki kebebasan seksual yang lebih tinggi daripada apa yang dianggap "layak" atau "normal" oleh masyarakat. Misalnya, perempuan yang mengenakan pakaian yang dianggap terlalu "terbuka" atau yang memiliki banyak pasangan seksual dapat menjadi sasaran slut shaming.

Namun, penting untuk dicatat bahwa slut shaming juga dapat terjadi pada pria. Pria juga bisa menjadi sasaran, penghinaan, atau penghakiman atas perilaku atau penampilan seksual mereka yang dianggap "berlebihan" atau melanggar norma-norma tertentu. Meskipun kemungkinan terjadinya lebih rendah daripada slut shaming terhadap perempuan, fenomena ini tidak eksklusif terhadap satu jenis kelamin.

Perilaku ini dapat menghasilkan konsekuensi yang merugikan secara sosial, psikologis, dan emosional bagi individu yang menjadi sasaran. Slut shaming tidak hanya mengekang kebebasan seksual individu, tetapi juga berkontribusi pada budaya pemerkosaan, ketidaksetaraan gender, dan stigmatisasi seksual yang lebih luas.

Biasanya siapa saja sih yang terkena sasaran dari slut shaming ini?


Ya, tentunya perempuan, bahkan hanya dengan melihat dari covernya saja, sudah tak terhitung lagi perempuan yang terkena slut shaming. Lalu dengan mirisnya, korban pelecehan seksual pun menjadi sasaran slut shaming, mereka dapat dituduh "meminta" atau "mengundang" pelecehan berdasarkan penampilan atau perilaku mereka, yang merupakan tuduhan yang tidak adil dan merugikan. Kemudian sasaran yang sudah sangat umum- bahkan hampir dinormalisasi adalah influencer dan selebriti, orang-orang yang terkenal atau memiliki platform publik. Mereka sering kali menjadi target slut shaming. Mereka dapat dikritik atau dicap sebagai "terlalu seksi" atau "berlebihan" dalam penampilan dan perilaku mereka.

Lalu, langkah apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah slut shaming ini menimpa orang di sekitar kita- bahkan diri kita sendiri?

1. Mengedukasi dan memberi sosialisasi tentang slut shaming

Penting untuk meningkatkan pemahaman tentang slut shaming, dampaknya, dan mengapa itu salah. Edukasi dan kesadaran tentang norma-norma seksual yang merugikan dan pentingnya menghormati kebebasan individu dalam berekspresi dapat membantu mengurangi slut shaming.

2. Memberhentikan stereotipe gender

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun