Mohon tunggu...
Najwa Halisah Cantika
Najwa Halisah Cantika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswi aktif di salah satu universitas di Indonesia yang memiliki beragam hobi.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Inflasi Musiman saat Menjelang dan Selama Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia

26 Maret 2024   21:50 Diperbarui: 27 Maret 2024   09:42 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama Islam sebanyak 240,62 juta orang. Tak heran jika bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh mayoritas masyarakat Indonesia.

Setiap tahunnya, menjelang dan selama bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, Indonesia selalu mengalami trend inflasi yang biasanya disebut dengan inflasi musiman. Inflasi musiman adalah fenomena naiknya harga barang di masyarakat yang terjadi secara berkala setiap tahun dan memiliki pola yang konsisten dari waktu ke waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu perilaku konsumtif masyarakat yang cenderung meningkat, terutama karena adanya tambahan pendapatan yang diberikan oleh pemerintah berupa Tunjangan Hari Raya (THR) dan mengakibatkan permintaan akan barang dan jasa meningkat, melebihi penawaran yang tersedia di pasar. Inflasi ini juga dapat disebabkan oleh ekspektasi masyarakat yang tahu pasti bahwa setiap menjelang dan selama bulan Ramadhan, akan terjadi peningkatan harga di pasaran. Kedua hal tersebut merupakan faktor utama yang mendorong kenaikan harga-harga barang, sehingga inflasi musiman ini tidak dapat dihindari.

Selain itu, faktor lain seperti tidak lancarnya proses distribusi barang ke pasar, penimbunan barang dengan sengaja oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab, para pedagang yang menaruh harga pada barangnya terlalu tinggi demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar, dan banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat juga memengaruhi inflasi. 

Inflasi memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian, di mana tingkat inflasi yang tinggi dan tidak stabil dapat menyebabkan berbagai dampak negatif seperti pendapatan masyarakat menurun, dan memunculkan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi, baik konsumen ataupun produsen, dalam mengambil keputusan investasi dan konsumsi. Inflasi yang terkendali dapat menciptakan stabilitas terhadap perekonomian yang berujung pada memberi kontribusi positif bagi masyarakat.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, inflasi Februari 2024 year on year (yoy) tercatat sebesar 2,75%, month to month (mtm) tercatat sebesar 0,37% dan year to date (ytd) tercatat sebesar 0,41%. Inflasi ini terjadi sebagian besar pada pangan dan pakaian dengan lima komoditas pangan yang memberikan andil inflasi, yaitu beras, cabai rawit, telur dan daging ayam ras, serta minyak goreng. Beras menjadi komoditas utama yang memberikan andil terbesar dalam inflasi ini dengan tingkat inflasi mtm 5,32% dengan andil 0,21%. Inflasi yoy provinsi tertinggi terjadi di Papua Selatan dengan 4,61% dan terendah terjadi di Papua Barat Daya dengan 1,81%. Sedangkan untuk inflasi yoy kabupaten/kota tertinggi terjadi di Kabupaten Minahasa dengan 6,06% dan terendah terjadi di Kabupaten Belitung Timur dengan 0,25%.

Pada minggu pertama Maret 2024, harga beras naik 3,06% dibandingkan rata-rata pada Februari 2024 dan menyentuh Rp15.956/kg. Selain itu, telur ayam ras juga naik hingga 5,26% dengan Rp32.096/kg, daging ayam ras naik 4,34% dengan Rp39.345/kg, minyak goreng naik 0,44% dengan 17.825/kg dan cabai rawit naik 15,94% dengan Rp62.760/kg dibandingkan rata-rata pada Februari 2024. Hal ini diperkirakan akan terus terjadi hingga April 2024 mendatang dan baru akan turun pada Juni 2024.

Meskipun inflasi pada bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri telah menjadi hal umum dalam perekonomian Indonesia, pemerintah tetap harus mengambil langkah-langkah bijak untuk memantau dan mengontrol inflasi guna menghindari inflasi yang tinggi dan tidak stabil. Salah satunya adalah dengan mengimbau masyarakat untuk melakukan konsumsi secara wajar, tidak berlebihan, dan bijaksana selama bulan Ramadhan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, penting bagi pemerintah untuk mengimbau seluruh produsen, distributor, dan pedagang untuk tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan, seperti melakukan penimbunan barang dan menaruh harga yang terlalu tinggi. Selain itu, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah telah menyiapkan ketersediaan stok pangan di pasaran dan mengadakan pasar murah selama bulan Ramadhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun