Mohon tunggu...
Marianne Kuznetsova
Marianne Kuznetsova Mohon Tunggu... Pelajar -

All written here are about my personal opinion, no offense. There's no true or false in it, don't argue. If you don't like it, just leave it

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Dog Eating Festival Versi Korea

20 Juli 2015   19:54 Diperbarui: 20 Juli 2015   19:54 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum reda kasus dog eating festival di Yulin, Tiongkok, kini dog lovers kembali digegerkan dengan kasus serupa dari Korea.

Bok-Nal, merupakan salah satu tradisi memakan daging anjing di Korea Selatan yang pasalnya dipercaya masyarakat untuk menangkal panasnya udara di musim panas. Dan selama tradisi ini berlangsung, permintaan terhadap daging anjing pun meningkat.

Dikutip dari dogingtonpost.com- "According to In Defense of Animals (IDAUSA), an animal rights group, dogs in this $2 billion industry in South Korea are held in dirty cages, and eventually slaughtered inhumanely. Each year, nearly 2 and a half million dogs are hanged, beaten to death and electrocuted, the group added. The reason that they are killed in more gruesome ways is that South Koreans believe that the more animal suffers, the tastier they will become when cooked and served, and the medicinal benefits are said to be enchanced too. And it is not just the eating that is disturbing here; it is the way they torture, slaughter and kill the animals, which is clearly an act of brutality and heartlessness." 

No offense sebelumnya, tapi menurutku Korea sudah lebih baik dibanding Tiongkok, sebab mereka menternakkan anjing nureongi yang memang ditetapkan untuk dimakan. Walaupun keadaan peternakan yang dimaksud terbilang tidak layak, setidaknya ini dapat mengurangi tingkat pencurian anjing.

Dog lovers, mungkin relationship kamu dengan hewan yang satu ini terbilang cukup dekat, dan aku pun mengerti bagaimana perasaan para dog lovers ketika melihat "sahabat" atau "keluarganya" disakiti.

Memang tidak salah jika kamu berjuang begitu keras demi menyelamatkan mereka. Tapi pertanyaanku, apakah kamu memiliki perasaan yang sama saat melihat paus yang dibunuh secara massal seperti yang dikutip dari smartnewz.info- "Setiap tahun penduduk pulau Faroe menangkap dan membunuh paus pilot (Globicephala melena) dengan cara berburu paus tradisional yang dikenal sebagai 'Grindadrap'. Perburuan massa non-komersial - daging paus tidak dapat dijual tetapi dibagi secara merata kepada anggota masyarakat setempat. Para pemburu paus berkerumun di teluk dan kemudian memotong paus yang terdampar dan meninggalkan hewan-hewan malang ini mati kehabisan darah perlahan-lahan, sementara laut sekitarnya berubah merah darah."

 

apakah kamu memiliki perasaan yang sama saat melihat lembu yang digantung hidup-hidup? Dikutip dari cahayaair.com- "Tradisi menggantung lembu di Kampung Baojiang, wilayah Guangxi Zhuang, Tiongkok katanya membawa cuaca yang baik dan hasil tuaian yang baik, serta keamanan dan kemakmuran. Upacara dijalankan oleh orang-orang minoriti Dong di Selatan Tiongkok sejak hampir 500 tahun lalu dan kini menarik beratus-ratus pelancong melihat upacara itu."

 

Apakah kamu akan melakukan hal yang sama pada mereka seperti yang kamu lakukan untuk "sahabat" dan "keluargamu"?

Cukup banyak yang mengatakan bahwa penangkapan anjing liar di luar batas kekejaman yang bisa dibayangkan. Terkadang mereka harus rela diracuni, dipukuli sampai mati, belum lagi berdesak-desakan di kandang yang sangat sempit sebelum dipindahkan ke penjagalan, kemudian mereka harus menyaksikan kawan-kawannya dibantai sebelum tiba giliran mereka. Kamu bisa memahami seperti apa sakit yang anjing-anjing itu rasakan, maka harusnya kamu juga mengerti bagaimana pedihnya jika seekor babi dicincang hidup-hidup pada festival tahunan di Vietnam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun